Ini Alasan Tradisi Maleman Keraton Kasepuhan Cirebon Tetap Dilaksanakan di Tengah Pandemi Covid-19

Rupanya ada alasan tersendiri mengenai pelaksanaan tradisi maleman di masa pandemi seperti sekarang.

Tribun Jabar/ Ahmad Imam Baehaqi
Iring-iringan Kraman Astana Gunung Jati yang membawa gerbong maleman saat berangkat dari Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Rabu (13/5/2020). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Tradisi saji maleman di Keraton Kasepuhan tetap dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.

Rupanya ada alasan tersendiri mengenai pelaksanaan tradisi maleman di masa pandemi seperti sekarang.

Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, ada atau tidak ada pandemi Covid-19 tradisi maleman tetap harus dilaksanakan.

"Harus dilaksanakan, ada atau tidak ada wabah, ibadah ramadan, kan, harus dijalankan, begitu juga tradisi ini," kata Arief Natadiningrat saat ditemui usai kegiatan.

Ia mengatakan, pelaksanaan tradisi maleman juga menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19.

Di antaranya, tidak melibatkan banyak orang dan mereka yang terlibat juga diharuskan menjaga jarak serta mengenakan masker.

VIDEO-Cara Pelatih Penjaga Gawang Persib Bandung Luizinho Passos Memilih Kiper Sebelum Pertandingan

Begitupun iring-iringan yang mengantar gerbong maleman dari Keraton Kasepuhan ke Makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon.

Lantunan selawat dan puji-pujian terdengar saat lima orang yang disebut Kraman Astana Gunungjati itu berangkat.

Usai memimpin doa, Arief melepas langsung rombongan kraman yang membawa lilin, delepak, dan ukup tersebut.

Umuh Muchtar Jawab Begini Soal Siap Tidaknya Persib Main, Jika Liga 1 2020 Bergulir Lagi Usai Corona

Mereka berjalan kaki sejauh kira-kira enam kilometer untuk mengantar gerbong maleman dan selama perjalanan mereka tampak melantunkan selawat.

"Lilin, delepak, dan ukup akan dinyalakan di makam Sunan Gunung Jati hingga Sultan Sepuh XIII," ujar Arief Natadiningrat.

Lilin, delepak, dan ukup tersebut dinyalakan setiap malam tanggal ganjil 10 hari terakhir Ramadan dan dimulai malam ini.

Seluruh benda-benda pusaka yang digunakan dalam saji maleman itu telah dicuci dalam tradisi jemasan yang dilaksanakan pada Selasa (12/5/2020).

VIDEO-Cara Pelatih Penjaga Gawang Persib Bandung Luizinho Passos Memilih Kiper Sebelum Pertandingan

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved