Virus Corona di Jabar

Ini Penyebab Angka Penambahan Pasien Positif Covid-19 di Jabar Sempat Melonjak Melampaui Jakarta

Penambahan harian jumlah pasien positif Covid-19 di Jawa Barat mencapai 193 kasus baru pada Senin (4/5/2020).

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Dedy Herdiana
Istimewa
ILUSTRASI: Sebaran kasus virus corona di Jawa Barat dari laman Pikobar Jabar, Selasa (14/4/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Setelah lebih dari sepekan mengalami tren penurunan bahkan sempat mencapai angka nol kasus, penambahan harian jumlah pasien positif Covid-19 di Jawa Barat mencapai 193 kasus baru pada Senin (4/5/2020).

Kemudian pada Selasa (5/5), penambahan kasus positif harian kembali muncul di angka 48 kasus sehingga total kasus positif di Jabar menjadi 1.300.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Berli Hamdani, mengatakan lonjakan 193 kasus baru pada Senin (4/5) di Jabar yang bahkan melampaui angka kasus harian di Jakarta ini disebabkan sejumlah faktor.

VIDEO-Sehari Menjelang PSBB, Warga Majalengka Borong Sembako di Pasar Tradisional Sindangkasih

Di antaranya, antrean sampel pasien yang diuji di laboratorium dan perpindahan data pasien positif dari Jakarta ke Kota Bekasi.

Berli yang juga merupakan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar ini mengatakan tidak jarang terjadi perbedaan data Covid-19 antara Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) dengan data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI.

"Perlu diketahui bahwa baik yang disampaikan di Pikobar maupun yang disampaikan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di nasional, itu sebenarnya adalah data yang mengalami pending ya, hasil pemeriksaan pending dari laboratorium-laboratorium yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan di Indonesia. Jadi rata-rata pending itu sampai 5 atau 7 hari," katanya di Gedung Sate, Rabu (6/5/2020).

Hasil Rapid Test, 16 Warga Garut Reaktif, Pemkab Langsung Lakukan Ini

Mengenai penambahan 193 pasien pada Senin (4/5), katanya, memang tampak sedikit keanehan atau anomali. Tetapi ini bisa dijelaskan bahwa saat itu ada penambahan yang cukup signifikan ini disebabkan adanya pemindahan 123 data pasien yang awalnya masuk data DKI Jakarta, kemudian pindah ke data Jawa Barat.

Hal ini disebabakan 123 pasien ini ternyata diketahui warga Kota Bekasi. Sehingga pada saat yang sama, terjadi lonjakan yang tinggi terhadap data kasus Covid-19 di Kota Bekasi.

"Ini pindahan kasus dari DKI Jakarta yang setelah dilakukan verifikasi oleh Kementerian Kesehatan RI, ternyata alamatnya ada di Jawa Barat. Dalam hal ini khusus yang 123 orang itu alamatnya di Kota Bekasi. Ini juga sempat ada sedikit komunikasi yang intens antara pimpinan daerah," katanya.

Penyebab lonjakan berikutnya adalah proses tunggu atau pending di laboratorium. Hal ini terutama di kabupaten kota yang menjalankan PSBB, di antaranya dari Bandung Raya yang berasal dari cluster Gereja Bethel Indonesia.

"Jadi sebenarnya pemeriksaannya kan sudah dilaksanakan pada minggu yang lalu tetapi ternyata hasilnya baru keluar per hari ini. Karena itu tadi karena peralatan di laboratorium kesehatan itu juga baru mencoba untuk mencapai kapasitas optimal. Kami mau melakukan percepatan pemeriksaan terhadap sampel-sampel yang sudah tersimpan beberapa hari di laboratorium kesehatan," katanya.

Ridwan Kamil Setuju Youtuber Bandung Ferdian Paleka Diproses Hukum: Contoh Terburuk Sifat Manusia

Dua hal inilah, katanya, yang membuat lonjakan kasus di Jabar pada hari itu, padahal tren penambahan kasus Covid-19 di Jabar sudah di kisaran 40 per hari. Pihaknya juga akan melakukan antisipasi terhadap sistem pengujian ini.

Berli mengatakan akan melakukan perbaikan terhadap sistem perhitungan kemunculan kasus harian dengan menyesuaikan data kasus yang muncul dengan tanggal pemeriksaan. Sehingga, antrean pemeriksaan sampel di laboratorium tidak memengaruhi analisis penyebaran kasus.

"Sehingga nanti akan tetap kita menemukan pola dari peningkatan-peningkatan. Dengan pola ini tentunya kita akan bisa melakukan revisi terhadap permodelan untuk menghitung puncak maupun juga total kasus yang harus ditangani oleh kita di masa pandemi Covid-19 ini," katanya. (Sam)
 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved