Jeritan Buruh yang Di-PHK, Bertahan Hidup dari Pinjaman, Berharap Uang Pesangon Cepat Keluar

orang buruh pabrik garmen asal Kelurahan Manggahang, Baleendah, Kabupaten Bandung, terpaksa cari pinjaman ke sana-sini, untuk memenuhi kebutuhan.

Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Giri
TRIBUN JABAR/Yongky Yulius
ILUSTRASI - Buruh keluar dari pabrik garmen di sekitar Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Sabtu (24/2/2018) siang. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seorang buruh pabrik garmen asal Kelurahan Manggahang, Baleendah, Kabupaten Bandung, terpaksa cari pinjaman ke sana-sini, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kini, dia tak memiliki penghasilan akibat dampak pandemi Covid-19.

Siti Khodijah (37) sudah sebulan kehilangan pekerjaan karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya di tempat ia bekerja banyak buruh mengalami hal yang sama, yakni di-PHK.

"Sekarang tidak ada penghasilan, suami tidak kerja juga karena sopir truk, jadi tidak ada kerjaan. Nganggur aja," ujar Siti saat dihubungi Tribun, Kamis (30/4/2020).

Suami Siti, Dai Supriyadi (38), awalnya bekerja sebagai sopir truk pengangkut tenda. Dia pun berhenti kerja karena wabah yang tak kenjung selesai ini.

"Untuk makan sehari-hari, pinjem dulu," kata Siti.

Siti mengaku, tunjangan PHK dari tempatnya bekerja juga belum diterima. "Suami nganggur, saya nganggur. Sehari-hari ya pinjam dulu we, nunggu tunjangan. Harapannya tunjangan cepat keluar. Saya kerja mulai 2006," ujar dia.

Beban Siti dan Dai tentu sangat berat, dalam kondisi seperti ini. Apalagi mereka memiliki empat anak.

"Anak yang pertama sekolah SMK, yang kedua SMP, yang ketiga SD, dan yang keempat balita," tuturnya.

Akibat tidak memiliki pendapatan karena adanya wabah corona ini, Siti dan keluarganya terpaksa pindah ke rumah orang tuanya.

"Asalnya mah ngontrak, terus pindah ke rumah ibu, da bayar dari mana kalau ngontrak. Beban banyak. Jadi pindah ke rumah orang tua sambil ngurus orang tua," ujarnya.

Walau demikian, Siti mengaku, hingga kini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Harapannya, ingin ada kebijaksanaan dari perusahaan dan dari pemerintah juga," katanya.

Selain itu, Uka S yang merupakan warga Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, juga tak bekerja lagi.

"Saya dirumahkan, sudah dua minggu," katanya.

Uka mengatakan, selain dia yang berhenti bekerja, suaminya pun yang dulunya bekerja di proyek juga dihentikan.

"Di perusahaannya teu acan jelas, inginnya ya kejelasan. Hoyong mah nya damel dei we (inginnya kerja lagi), supaya ada pasukan," kata dia, sambil sedikit tawa.

Pabrik Garmen di Cianjur Terbakar, 4 Kontainer Pakaian Siap Ekspor Hangus, Begini Kronologisnya

Bahkan kata Uka, gaji terakhir bekerja di perusahaan tersebut hingga kini belum cair.

"Sekarang enggak ada pemasukan, sehari-hari, ya, saaya- aya we (seadanya saja)," ucapnya.

Hingga kini, Uka pun belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Gunakan Data Tahun 2009, Bupati Bogor Minta Maaf Bantuan Belum Disalurkan

"Bantuan dari pemerintah belum ada, semoga ada bantuan juga dari pemerintah," ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved