Wabah Virus Corona
Tinggal di Kos, Satu Ember Dipakai Bersama, Amankah dari Virus Corona? Ini Jawaban Dokter Tirza
Banyak penghuni kos atau kontakan bertanya, apakah menggunakan ember secara besama-sama bisa menularkan virus corona?
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID - Wabah virus corona belum reda. Jumlah kasus virus corona tiap haru terus bertambah.
Bahkan kini Presiden Jokowi meminta semua masyarakat Indonesia mengenakan masker, baik di rumah maupun saat bepergian.
Pemakaian masker ini untuk mencegah atau menghentikan laju virus corona.
Selama virus corona ini mewabah di Indonesia, banyak pertanyaan seputar virus corona, penularan, dan pencegahannya.
Di acara Kompas TV Sapa Pagi, yang menghadirkan dokter Tirza Tamin, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, muncul pertanyaan soal penularan virus corona.
Pemirsa Kompas TV menceritakan bahwa ia adalah orang yang tinggal di kontrakan atau kamar kos.
• Pandemi Virus Corona, Isyana Sarasvati Semangati Suaminya yang Dokter dengan Kata-kata Manis
Di tempat kosnya, penghuni mengenakan satu kamar mandi untuk ramai-ramai.
Demikian dengan ember, juga dikenakan bersama oleh penghuni kos.
Pertanyaanya, apakah menggunakan ember secara besama-sama bisa menularkan virus corona?
dokter Tirza Tamin, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi menejelaskan, setiap penghuni kos atau kontrakan sebaiknya mengunakan satu ember untuk satu orang.
• Cegah Covid-19, Toko Swalayan di Kota Sukabumi Mulai Jalani Anjuran Pemkot soal Jam Operasional
"Di rumah kita saja, semua pakai masker. Setiap kali keluar rumah, pulang membersihkan diri. Perabot, gelas, dll juga dibersihkan. Karena kita tidak pernah tahu apakah orang didekat kita membawa virus corona atau tidak," ujarnya.
"Jadi sebaiknya, satu ember untuk satu orang. Sebab, kita tidak tahu apakah tetangga kita carrier virus corona atau tidak. Kebersihan kita jaga untuk saat ini."
Peneliti Cari Formula Bunuh Corona
TRIBUNJABAR.ID - Sampai saat ini, ahli belum menemukan vaksin untuk membunuh virus corona.
Sejumlah ahli dari berbagai negara saat ini masih dalam tahap penelitian untuk membuat vaksin tersebut.
Di tengah upaya tersebut, sejumlah ahli juga sedang mempelajari potensi manfaat vaksin BCG.
Untuk diketahui, Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.
Vaksin BCG melindungi terhadap TB, penyakit menular yang paling umum menyerang paru-paru. Bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab TB.
Vaksin BCG mengurangi kemungkinan bakteri menginfeksi seseorang. Ini juga mengurangi keparahan penyakit pada mereka yang terkena.
Vaksin BCG pertama kali tersedia pada tahun 1921, dan muncul pada Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
• Ini Peran FF hingga Jadi TSK Kasus Penyalahgunaan Bantuan Alsintan Kementan di Kabupaten Cirebon
BCG untuk Covid-19
Banyak laboratorium dan perusahaan farmasi berlomba untuk menemukan obat-obatan yang berfungsi mengatasi Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 1,27 juta orang di dunia dan menewaskan sedikitnya 69.000 orang.
"Kami telah mengetahu selama beberapa dekade bahwa BCG memiliki efek menguntungkan. BCG mampu melindungi tubuh dari penyakit selain yang ditargetkan (TBC)," kata Camille Locht, dari lembaga penelitian kesehatan masyarakat Perancis, seperti dilansir AFP, Jumat (3/4/2020).
Dia menuturkan, anak-anak yang mendapat vaksin BCG minim menderita penyakit pernapasan lain.
BCG juga digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih tertentu dan dapat melindungi diri dari asma dan autoimun seperti diabetes tipe 1.
Para peneliti ingin menguji apakah vaksin tuberkulosis dapat memiliki efek yang sama terhadap virus corona baru, baik untuk mengurangi risiko terinfeksi maupun membatasi gejala bertambah parah.
"Karena petugas medis berada di garda depan untuk memerangi Covid-19, mereka akan menjadi target pertama jika ada manfaat yang ditemukan dari vaksin BCG," kata Locht yang sedang menyelesaikan detail uji klinis di Perancis.
Namun, para ahli tetap berhati-hati dalam melihat potensi BCG untuk memberikan perlindungan.
Nantinya, 500 tenaga medis profesional akan disuntik BCG, dan 500 tenaga medis lainnya akan mendapat plasebo atau obat yang tidak memiliki dampak sebagai variabel kontrol.
"Jika kelompok yang disuntik BCG menjadi sehat dan tidak terinfeksi Covid-19, ini akan menjadi kabar menggembirakan," imbuh Mihai Netea, profesor kedokteran internal eksperimental di Radboud University di Belanda.
"Vaksin BCG tidak secara langsung melindungi terhadap virus corona, tetapi memberikan dorongan pada sistem kekebalan tubuh untuk meningkatkan perlindungan dari infeksi," imbuhnya.
• Jumlah PDP Meningkat 50 Persen, Status Bisa Jadi Zona Merah, DPK Korpri Kuningan Salurkan APD
Australia juga menguji vaksin BCG
Baru-baru ini peneliti di Murdoch Children's Research Institute (MCRI) di Australia mulai menyelidiki apakah vaksin BCG dapat memberi perlindungan mengatasi Covid-19.
Mereka berencana menguji vaksin BCG terhadap 4.000 petugas medis yang berada di garis depan rumah sakit di seluruh Australia.
Pemimpin proyek, Nigel Curtis dari MCRI, mengatakan, pihaknya berharap dapat menemukan kabar baik dari hal ini.
"Kami ingin melihat pengurangan dalam prevalensi dan keparahan gejala Covid-19 terhadap petugas pelayanan kesehatan yang menerima vaksin BCG," ungkap Curtis, seperti diwartakan Medical News Today, Kamis (2/4/2020). (Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)
• Curi Tas Berisi HP, Wanita asal Bogor Ini Nyaris Dikeroyok Massa di Pasar Palabuhanratu Sukabumi