Trik Pengusaha Hadapi Virus Korona

Pengusaha Berharap Wabah Virus Corona Berlalu Sebelum Ramadan dan Lebaran, Jika Tidak Memberatkan

Ramadan tinggal hitungan hari. Biasanya, bulan suci umat Islam itu disambut sucacita, tak terkecuali oleh para pengusaha. Namun, tahun ini, sepertinya

Istimewa
TETAP BEKERJA - Karyawan tetap bekerja dan diberi jarak antara satu dan yang lainnya di bengkel sepatu LAF Project di Gang Haji Ibrahim, Jalan Ciabduyut, Kota Bandung, Kamis (2/4). 

Sekarang, kata Yasin, cuma satu orang karyawan lapangan dari sebelumnya tiga karyawan. Mereka adalah yang bertugas di lapangan yang biasa belanja-belanja bahan, kirim-kirim barang, dan lain-lain.

Menurut Yasin, April ini belum ada order yang masuk. Biasanya, kata Yasin, setiap hari orderan masuk. "Ini April baru dua hari. Dampak virus korona ini lumayan," katanya.

Yasin memiliki rencana, kalau kondisi belum banyak berubah, dia akan menghentikan produksi supaya beban operasionalnya tidak banyak. Untuk topi pun, kata Yasin, sekarang tidak banyak orderan. Sebagian mitra (penerima maklun), katanya, berhenti jahit.

Kondisi serupa dialami pengusaha rajut binong. Bahkan, Asep Dadang (42), pengusaha rajut, mengatakan barang pesanan yang tertahan mencapai 90 persen. "Itu terjadi karena banyak perusahaan ekspedisi yang libur," kata Asep lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Menurut Asep, produksi rajutnya masih berjalan dan pesanan datangnya hanya dari online, sedangkan lewat offline sedikit. Karena itu, karyawan di rumahnya bergilir masuk bergantian selama seminggu.

Hal yang sama dirasakan perajin rajut lainnya, Epa Sartika (39). Menurutnya, di Binongjati masih ada yang berproduksi. Namun, katanya, sebagian lagi diliburkan.

Menurutnya, barang banyak yang menumpuk di gudang karena orderan cenderung sepi. Lagi pula, kata Epa, banyak perusahaan ekspedisi yang tutup. "Yang saya tahu itu di sekitaran Jalan Ibrahim Adjie," kata Epa lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Pengusaha sepatu pun merasakan hal yang sama. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengrajin Alaskaki Indonesia (APAI), H. Taufiq Rahman, MBA (52), perusahaan sepatu banyak yang berhenti total.

"Sekarang bahan baku tidak ada. Kirim barang juga tidak bisa. Kan, dilarang pemerintah. Beberapa kota sudah ditutup. Yang bisa lewat cuma ekspedisi sembako," katanya kepada Tribun lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Taufiq mengatakan, berdasarkan info dari teman-temannya, banyak perajin beristirahat dulu. "Kami hanya bisa istirahat di rumah. Bantu pemerintah untuk tinggal dalam rumah saja mencegah penyebaran Covid-19," katanya. (nazmi abdurahman/januar ph)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved