Trik Pengusaha Hadapi Virus Korona

Pengusaha Berharap Wabah Virus Corona Berlalu Sebelum Ramadan dan Lebaran, Jika Tidak Memberatkan

Ramadan tinggal hitungan hari. Biasanya, bulan suci umat Islam itu disambut sucacita, tak terkecuali oleh para pengusaha. Namun, tahun ini, sepertinya

Istimewa
TETAP BEKERJA - Karyawan tetap bekerja dan diberi jarak antara satu dan yang lainnya di bengkel sepatu LAF Project di Gang Haji Ibrahim, Jalan Ciabduyut, Kota Bandung, Kamis (2/4). 

TRIBUNJABAR.ID - Ramadan tinggal hitungan hari. Biasanya, bulan suci umat Islam itu disambut sucacita, tak terkecuali oleh para pengusaha. Namun, tahun ini, sepertinya akan berbeda. Para pengusaha masih menunggu apakah virus korona segera berlalu sebelum Ramadan tiba.

Epa Sartika (39), perajin rajut di Binongjati, Kota Bandung, berharap virus korona cepat berlalu sebelum Ramadan. Menurut dia, jika itu tidak terjadi, akan sangat berat bagi perajin rajut di sana.

Epa memiliki strategi untuk menghadapi itu semua. Dia akan memberikan program diskon atau give away kepada pelanggannya. "Sekarang kami juga memberikan hadiah masker untuk setiap pembeliah produk kami," kata Epa lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Perajin rajut lainnya, Asep Dadang (42), merasa pesimistis menghadapi Ramadan tahun ini. "Saya tidak tahu saat Ramadan dan Lebaran nanti. Kalau situasinya masih kayak begini, kami takut juga, sih," kata Asep kepada Tribun lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Muhammad Yasin, pemilik Gesit Konveksi, bahkan bakal merumahkan karyawannya saat Ramadan. Itu, katanya, untuk memangkas biaya operasional. "Saya berharap, sih, itu tidak terjadi," katanya lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Perusaahan konfeksi yang membuat kaus dan topi ini memiliki karyawan yang tidak terlalu banyak, sekitar delapan orang. Namun, kata Yasin, perusahaannya memiliki mitra. Ada empat mitra, yang masing-masing memiliki 5-6 penjahit.

"Nah, ini yang berat. Mitra produksi, kan, sistem maklun. Kalau produksi terhenti, mitra banyak penjahitnya, kasihan nanti tidak ada kerjaan," kata Yasin.

Lilo (43), Head B&D (Business & Development) Bamboo Studio memiliki trik untuk menghadapi Ramadan. Bamboo Studio menyiapkan stok sesuai jadwal produksi walaupun ada beberapa item yang dipangkas karena bahan baku yang kosong. Promo di penjualan online digiatkan.

MUHAMMAD Yasin, Owner Konfeksi Gesit. Foto ini diambil dari Channel Youtube Gesit Konveksi.
MUHAMMAD Yasin, Owner Konfeksi Gesit. Foto ini diambil dari Channel Youtube Gesit Konveksi. (Istimewa)

"Pelanggan toko atau mitra diberi promo spesial Ramadan dan Lebaran menarik dengan syarat pembayaran di awal yang dapat digunakan untuk menunjang kesejahteran tunjangan hari raya (THR) karyawan," kata Lilo lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Lilo mengaku akan tetap mengadakan program CSR membagikan kaus kaki ke panti asuhan. "Kami yakin ikut serta dalam hal sosial terutama di Ramadan maka Yang Mahakuasa dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan kami," katanya.

Pengusaha sepatu di Cibaduyut, Yusuf Sahroni (31), mengaku belum bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada Ramadan. Namun, katanya, dia sudah menargetkan 1.000 produk pada Ramadan dan Lebaran. "Semoga wabah virus korona cepat berlalu," katanya lewat WhastApp, Kamis (2/4).

Menurutnya, saat ini yang penting produk berputar, agar para pekerja tetap semangat dan produk terjual. Yusuf mengaku menghadapi dilema. Jika menyetop produksi, nasib karyawan menjadi tidak menentu. Menurut dia, belum ada langkah pemerintah yang konkret untuk menjamin kebutuhan orang-orang yang membutuhkan.

Yusuf Sahroni (31), pengusaha sepatu di Cibaduyut
Yusuf Sahroni (31), pengusaha sepatu di Cibaduyut (Tribun Jabar/Januar P Hamel)

"Saat ini produk-produk saya dijual tidak mahal alias saya diskon, Tujuannya, pertama, orang-orang yang mau beli produk fesyen tidak kesulitan jika ingin beli keperluan bahan pokok. Kedua, agar harga masih terjangkau dengan kondisi saat ini. Ketiga, sedikit keuntungan pun saya kasihkan untuk karyawan agar kebutuhan mereka terjaga," kata Yusuf.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, Mochamad Ade Afriandi, mengatakan, puluhan ribu pekerja di Jawa Barat harus dirumahkan dan ribuan lainnya mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Sekitar 40 ribuan yang dirumahkan dan tiga ribuan itu yang terdampaknya PHK. Total sekitar 43 ribuan, lah. Itu baru data sementara. Nah, sebelum final, berarti data itu data sementara dan terus berkembang atau terus di-update," kata Ade saat dihubungi, Sabtu (4/4).

Menurut Ade, dia baru mendata 502 perusahaan di 21 kabupaten dan kota di Jawa Barat sejak 31 Maret 2020. Di Jawa Barat sendiri ada sekitar 47.221 perusahaan, 30 ribu perusahaan di antaranya masuk kategori mikro. Skala kecil ada sekitar enam ribu perusahaan, skala sedang ada lima ribu perusahaan, dan skala besar industri ada sekitar tiga ribu perusahaan.

TETAP BEKERJA - Karyawan tetap bekerja dan diberi jarak antara satu dan yang lainnya di bengkel sepatu LAF Project di Gang Haji Ibrahim, Jalan Ciabduyut, Kota Bandung, Kamis (2/4).
TETAP BEKERJA - Karyawan tetap bekerja dan diberi jarak antara satu dan yang lainnya di bengkel sepatu LAF Project di Gang Haji Ibrahim, Jalan Ciabduyut, Kota Bandung, Kamis (2/4). (Istimewa)

"Sebanyak 502 perusahan di Jabar itu ternyata 86 persennya sudah memberikan gambaran atau laporan mereka terdampak oleh Covid-19. Artinya, kan, pastilah ada yang terdampak sampai bisa tutup atau mungkin off dulu," ujar Ade.

Menurut Ade, dampak yang mereka rasakan antara lain kesulitan bahan baku. Negara yang diandalkan untuk mengimpor bahan baku, kata Ade, melakukan kebijakan lockdown. Selain itu, pihak perusahaan atau industri juga bergantung pada pembeli yang mayoritas berada di negeri yang menyatakan lockdown.

Untungnya, hal itu tidak berimbas ke perusahaan sepatu milik Yusuf Sahroni (31). Yusuf tetap menjalankan usahanya secara normal. Dia pun tetap mempekerjakan karyawan untuk memenuhi orderan yang tetap berdatangan.

"Kami harus terus menggenjot penjualan setiap hari sebelum makin memburuk," kata Yusuf, pemilik perusahaan sneakers bermerek LAF Project, lewat aplikasi WhatsApp, Kamis (2/4).

Yusuf memiliki cara tersendiri agar produksi tetap berjalan. Dia tetap mempekerjakan karyawannya dengan mematuhi imbauan pemerintah, social distancing.

Yusuf mengisolasi karyawan, terutama bagian administrasi, di rumahnya. Mereka yang masih indekos diberi fasilitas tempat menginap memadai di rumah Yusuf di Gang Haji Ibrahim, Jalan Cibaduyut, Kota Bandung.

Lilo (43), Head B&D (Business & Development) Bamboo Studio, menyebut virus korona berdampak kepada penjualan. Menurutnya, ada penurunan yang signifikan, terutama offline, seperti dari sales, konter di deptstore, dan pengunjung ke galeri.

Namun, katanya, dari segi produksi perusahaan masih tetap berjalan sesuai jadwal dengan bahan baku yang sudah dipersiapkan sebelum wabah.

Bamboo Studio adalah perusahaan yang memproduksi kaus kaki, sepatu, dan lain-lain, yang menggunakan bahan serat bambu. Mereka memiliki galeri dan tempat produksi di Jalan Sanggar Kencana VI, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung.

"Kalau lewat online, tetap seperti biasanya ada penjualan atau pengiriman sama dengan biasanya," kata Lilo lewat WhatsApp, Kamis lalu.

Menurut Lilo, yang menjadi kendala adalah pasokan bahan baku yang diimpor dari Cina. "Saat ini dibatasi bahkan belum boleh masuk ke Indonesia," katanya.

Kendala lainnya, kata Lilo, toko-toko pelanggan banyak yang meminta mundur jatuh tempo pembayaran, yang memberikan efek domino memaksa perusahaan mengajukan penangguhan pembayaran ke pemasok bahan baku.

"Aktivitas pekerja juga banyak yang bergilir. Pegawai-pegawai yang sakit dipaksakan jangan masuk karena akan berisiko pegawai lain tertular. Hal tersebut menurunkan produktivitas kerja karyawan," katanya.

Lilo mengatakan sulit mengejar target pemasaran karena situasi lapangan yang membuat petugasnya susah masuk ke wilayah yang menerapkan karantina.
"Karyawan juga ada yang meminta untuk dirumahkan karena takut wabah jika tetap bekerja ke lapangan," kata Lilo.

Muhammad Yasin, pemilik Gesit Konveksi, merumahkan beberapa karyawannya. Yasin menunggu produksi kembali berjalan dan karyawan yang dirumahkan akan dipanggil lagi. "Lumayan tantangannya dan itu untuk menghemat anggaran," kata Yasin lewat aplikasi WhatsApp, Kamis (2/4).

Sekarang, kata Yasin, cuma satu orang karyawan lapangan dari sebelumnya tiga karyawan. Mereka adalah yang bertugas di lapangan yang biasa belanja-belanja bahan, kirim-kirim barang, dan lain-lain.

Menurut Yasin, April ini belum ada order yang masuk. Biasanya, kata Yasin, setiap hari orderan masuk. "Ini April baru dua hari. Dampak virus korona ini lumayan," katanya.

Yasin memiliki rencana, kalau kondisi belum banyak berubah, dia akan menghentikan produksi supaya beban operasionalnya tidak banyak. Untuk topi pun, kata Yasin, sekarang tidak banyak orderan. Sebagian mitra (penerima maklun), katanya, berhenti jahit.

Kondisi serupa dialami pengusaha rajut binong. Bahkan, Asep Dadang (42), pengusaha rajut, mengatakan barang pesanan yang tertahan mencapai 90 persen. "Itu terjadi karena banyak perusahaan ekspedisi yang libur," kata Asep lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Menurut Asep, produksi rajutnya masih berjalan dan pesanan datangnya hanya dari online, sedangkan lewat offline sedikit. Karena itu, karyawan di rumahnya bergilir masuk bergantian selama seminggu.

Hal yang sama dirasakan perajin rajut lainnya, Epa Sartika (39). Menurutnya, di Binongjati masih ada yang berproduksi. Namun, katanya, sebagian lagi diliburkan.

Menurutnya, barang banyak yang menumpuk di gudang karena orderan cenderung sepi. Lagi pula, kata Epa, banyak perusahaan ekspedisi yang tutup. "Yang saya tahu itu di sekitaran Jalan Ibrahim Adjie," kata Epa lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Pengusaha sepatu pun merasakan hal yang sama. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengrajin Alaskaki Indonesia (APAI), H. Taufiq Rahman, MBA (52), perusahaan sepatu banyak yang berhenti total.

"Sekarang bahan baku tidak ada. Kirim barang juga tidak bisa. Kan, dilarang pemerintah. Beberapa kota sudah ditutup. Yang bisa lewat cuma ekspedisi sembako," katanya kepada Tribun lewat WhatsApp, Kamis (2/4).

Taufiq mengatakan, berdasarkan info dari teman-temannya, banyak perajin beristirahat dulu. "Kami hanya bisa istirahat di rumah. Bantu pemerintah untuk tinggal dalam rumah saja mencegah penyebaran Covid-19," katanya. (nazmi abdurahman/januar ph)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved