Bina Marga Ungkap Penyebab Lereng Tol Cipularang Kerap Terjadi Longsor Susulan Dalam Skala Kecil
Lereng di Jalan Tol Cipularang KM 118+600 hingga saat ini masih kerap terjadi longsor susulan dalam skala kecil
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, NGAMPRAH - Lereng di Jalan Tol Cipularang KM 118+600 hingga saat ini masih kerap terjadi longsor susulan dalam skala kecil, terakhir longsor tersebut terjadi pada Rabu (19/2/2020) sekitar pukul 11.15 WIB.
Akibat kejadian itu seorang operator ekskavator yang diketahui bernama Krisyanto bagian kakinya terkilir setelah loncat dari ekskavator dan langsung diboyong ke tenda darurat di samping jalan tol.
Menurut Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan Bina Marga, Hedi Rahadian, longsor susulan tersebut terjadi karena hingga saat ini tanahnya masih labil ditambah kerap diguyur hujan.
• Ada Perbaikan Lereng, Rekayasa Lalu Lintas untuk Kendaraan Berat di Tol Cipularang Siap Diberlakukan
"Kalau untuk adanya kendaraan berat sejauh ini belum (berpengaruh), ini murni karena kondisi geometrik lerengnya itu belum stabil," ujar Hedi saat ditemui di lokasi longsor.
Namun untuk antisipasi, kata dia, kendaraan berat yang melaju dari arah Bandung menuju Jakarta nantinya akan dialihkan ke jalur kanan, sehingga tidak melintas di dekat lereng tersebut.
"Nanti kita sarankan kendaraan berat ini ke jalur dua (kanan) sehingga menjauh dari daerah mahkota longsor itu," katanya.
Berdasarkan hasil kajian, kata dia, tanah pada lereng tersebut perlu segera ditangani, terutama dalam meningkatkan stabilitas lerengnya dengan kontruksi perkuatan tanah.
• Perbaikan Lereng Tol Cipularang yang Longsor Ditargetkan 1 Bulan Tuntas
General Manager PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi, Pratomo Bimawan Putra, menyebutkan urugan tanah yang bergerak dari atas lere Tol Cipularang bukan longsor susulan.
Menurut Pratomo, pergerakan tanah dari atas lereng itu merupakan butiran tanah yang basah terkena air, hingga akhirnya turun ke area persawahan.
"Itu secara teknis bukan longsor, itu hanya butiran tanah yang basah, turun atau jatuh gitu lah," ujar Pratomo.