Cerita Kios Buku Tjihapit, Dulu Banyak yang Jualan Buku di Cihapit, Kini Tinggal Bagja Seorang
Seorang pria paruh baya tampak duduk dekat kursi di Kios Buku Tjihapit, Jalan Cihapit, Kota Bandung.
Penulis: Ery Chandra | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seorang pria paruh baya tampak duduk dekat kursi di Kios Buku Tjihapit, Jalan Cihapit, Kota Bandung.
Pria itu tengah menikmati segelas kopi. Menuju siang, semilir angin sepoi-sepoi terasa sangat melenakan.
Terlebih, belum ada pengunjung mencari buku-buku bekas. Dia hanya ditemani tumpukan buku-buku usang yang sebagian berdebu.
Saat Tribun Jabar mendatangi kios buku itu, pria berkumis putih itu langsung sigap menyapa.
"Silahkan Kang mau cari apa?," ujarnya menyambut hangat dan beranjak dari kursi di Kios Buku Tjihapit, Kota Bandung, Sabtu (8/2/2020).
• Seleksi Tes CPNS, Panitia Temukan Peserta Bawa Jimat, Begini Kata Psikiater
Pria bernama Bagdja Tanurahardja (55) mengaku sudah berjualan buku bekas sejak tahun 2005.
Usaha ini dilakukannya bermula karena senang membaca buku. Sebelumnya dia pernah bekerja di sebuah perusahaan kontraktor Bandung yang bergerak di bidang interior selama 15 tahun.
"Karena awalnya saya senang sekali membaca buku. Tapi terus terang, saya enggak merintis dari nol, tapi mengambil alih usaha buku yang gulung tikar," katanya.
Menurutnya, saat itu di Jalan Cihapit, sejak 1980-an dikenal sebagai daerah penjualan buku-buku bekas.
Hingga satu tahun dia merintis, penjual buku hanya tersisa dua orang.
"Sekarang di deretan Jalan Cihapit sini, tinggal saya sendiri," ujarnya.
Menempati dua lapak bersebelahan, ia menawarkan 10 ribu buku berbagai genre kepada pengunjung.
"Rata-rata banyak cari buku tentang sastra, sejarah, sosial politik. Terutama sebelum kemerdekaan, orde lama dan lainnya. Ada juga ekonomi, agama, fotografi, filsafat, komik hingga majalah bekas. Hampir semua tipe buku ada," katanya.
• BPBD Salurkan Bantuan kepada Warga Terdampak Banjir di Kabupaten Cirebon
Buku-buku itu dijual seusai kondisi dan kebutuhan pelanggan. Dari termurah semisal majalah bekas Rp 1.500, hingga buku langka tentang Soekarno enam seri seharga Rp 6 juta-an.