Kisah Iman, Meraup Rezeki di Tengah Kuburan, Memahat Nama Orang di Batu Nisan
Seringkali suasananya hening, berkelindan dengan suara aliran Sungai Citepus. Terkadang, keheningannya
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seringkali suasananya hening, berkelindan dengan suara aliran Sungai Citepus. Terkadang, keheningannya dikagetkan dengan raungan suara mesin sepeda motor yang melintas di jalan setapak dengan lebar satu meter di pinggir sungai.
Keheningannya makin sempurna karena banyak pohon rindang di sekitar pemakaman umum Sirnaraga, Kelurahan Padjadjaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.
Di tengah ratusan nisan, suara gemericik aliran sungai dan rindangnya pohon itulah, Iman (46) bekerja di sebuah saung kecil di antara orang yang sudah meninggal.
"Kerjaan saya menerima jasa pembuatan nama di nisan kuburan. Setiap hari disini dari pagi sampai sore," ujar Iman, warga setempat yang bekerja membuat nisan kuburan di tengah ratusan kuburan, di bawah rindangnya pohon mangga saat ditemui Minggu (19/1/2020).
Tempat kerjanya berupa saung sekitar 2 meter persegi. Hanya cukup untuk duduk satu orang, yakni Iman sendiri memahat batu marmer untuk menulis nama orang yang sudah meninggal.
• Persib Bandung vs Hanoi FC, Babak Pertama Maung Unggul 2-0, Ini Jalannya Pertandingan
"Biasanya pesanan keluarga yang datang kesini kemudian melihat nama nisannya sudah pudar atau keluarga yang akan memasang nisan di makam anggota keluarganya," kata Iman.
Sesekali temannya datang menemani, membawa kopi atau air hangat hingga makanan. Mereka berbincang segala hal.
"Saya sudah belasan tahun kerja di tengah kuburan. Alhamdulillah nyaman, sejuk, tenang. Banyak pohon dan kerjaan saya selalu mengingatkan bahwa kelak nanti saya akan meninggal dan dimakamkan juga," ujar Iman setengah bergurau.
"Ya karena kita semua akan dimakankan, bukan. Sebelum dimakamkan, sering-seringlah berbuat baik dengan ikhlas," ujar Iman bertanya balik.
Pekerjaannya di tengah orang mati itu juga punya berkah spiritual tersendiri baginya. Terutama, soal yang sudah ia jelaskan. Ingat mati.
• Saksikan MasterChef Indonesia Season 6, Peserta Diberi Tantangan Baru, Ini Link Live Streamingnya
"Kalau orang lain kan saking sibuknya, bisa saja suka lupa bahwa kematian bisa datang dengan tiba-tiba. Kalau kerjaan saya, bikin ingat terus," ujar Iman, sembari tertawa.
Ia menjelaskan, seharian di saung, seringkali sendiri, ia menikmati pekerjaannya. Satu nisan bertuliskan nama orang meninggal ia kerjakan minimal sekira tiga jam. Sehari, bisa lebih dari satu batu nisan ia kerjakan.
"Untuk satu pahatan bertuliskan nama di nisan saja nih, harganya Rp 250 ribu kang. Saya menyediakan batunya, tinggal memahat sesuai nama pesanan. Sehari paling banyak dua sampai tiga lah. Tapi biasanya paling satu atau dua buah. Jadi lumayan lah. Tapi kan tidak setiap hari ada, adakalanya sehari tidak ada orderan," ujar Iman.
Pantauan Tribun, bukan Iman saja yang bekerja di tengah ratusan makam. Ada sedikitnya lima orang di sejumlah sudut.