Pilpres 2019
H-6 Coblosan, Jokowi Vs Prabowo Mati-matian Cari Suara di Jabar, Golput Malah Tinggi, Ini Alasannya
H-6 Coblosan Pilpres 2019, Jokowi Vs Prabowo Mati-matian Cari Suara di Jabar, Tapi yang Cuek dan Golput Bakal Tinggi. Tentu banyak asalannya...
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
H-6 Coblosan Pilpres 2019, Jokowi Vs Prabowo Mati-matian Cari Suara di Jabar, Tapi yang Cuek dan Golput Bakal Tinggi
TRIBUNJABAR.ID - Pasangan calon presiden Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mati-matian mencari suara untuk memenangkan Pilpres 2019.
Sudah berulang-ulang kedua pasangan tesebut menyambangi pemilih di Jawa Barat.
Joko Widodo dan Maruf Amin berbagi tugas menyambangi wilayah berbeda atau di tempat yang sama secara bergantian, agar warga Jabar semakin yakin dengan pilihannya.
Demikian dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, keduanya juga tak kalah serius menggarap pemilih di Jawa Barat.
Sebab, pemilih di Jawa Barat itu kunci kemenangan di Pilpres 2019. Siapa yang bisa menguasani Jabar, maka berpotensi besar memenangkan Pilpres 2019.
Data KPU Provonsi Jawa Barat per akhir 2018, pemilih di Jawa Barat sebanyak 33.270.845 pemilih.
• Relawan Jokowi dari Tasikmalaya Jalan Kaki ke GBK Jakarta untuk Hadiri Kampanye Jokowi-Maruf Amin
Kampanye Jokowi-Maruf Amien
H-6 Pilpres 2019, Jokowi tetap bersemangat 'mencari' suara di Jawa Barat.
Calon presdien Joko Widodo (Jokowi) sibuk kampanye terbuka di Sukabumi, Kamis (11/4/2019).
Setelah meyakinkan perolehan suara di atas 50 persen di Bandung, di Sukabumi Jokowi juga meyakinkan pendukungnya, Jokowi-Maruf Amin menang 50 persen di Sukabumi.
Jokowi kampanye di Gedung Pusbangdai, di Jalan Raya Cibadak-Palabuhanratu, Cikembang.
Kepada ribuan pendukungnya, Jokowi menceritakan pertarungan Pilpres 2014 di Jawa Barat.
Kata Jokowi, 2014 Jokowi-JK hanya memeproleh 40 persen suara di Sukabumi dan Jawa Barat.
Namun, pada Pilpres 2019, berdasarkan hasil survei Jokowi-Maruf Amin sudah unggul 55 persen.

"Survei terakhir 4 persen di atas mereka, di Jawa Barat tahun 2019 ini di atas 55 persen. Insya Allah akan menang," kata dia.
Khusus di Sukabumi, pada Pilpres 2014, ia hanya memperoleh 32 persen suara.
Jokowi menargetkan meraih lebih dari 50 persen suara di Sukabumi di Pilpres 2019.
"Pada 2019 harus menang di atas 50 persen," harap Jokowi, yang langsung disambut para pendukungnya yang memadati gedung sambil meneriakan yel yel hidup Jokowi.
Massa sudah memadati di dalam ruangan sejak pagi, begitu juga di luar gedung. Jokowi langsung naik ke panggung utama yang berdiri di tengah gedung setelah Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Amin Kabupaten Sukabumi, Agus Mulyadi, menyampaikan laporan.
Kampanye terbuka capres Jokowi ini juga dihadiri sejumlah tokoh partai pendukung, sejumlah tokoh masyarakat Sukabumi, dan ribuan massa pendukung dan relawan yang berada di dalam gedung dan di luar gedung.
• Hasil Survei Terkini Pilpres 2019: Jokowi 8 Prabowo 4 Lembaga, Simak Uraiannya
Sandiaga Gotong Karung Beras
Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, sempat memikul beras Cianjur seberat lima kilogram sebelum orasi pada kampanye di Gedung Herlina Jalan Pramuka, Cianjur, Kamis (11/4/2019).
Sebelum memikul beras Cianjur, Sandiaga Uno berdialog sebentar dengan seorang petani yang menyatakan dukungannya untuk pasangan capres dan cawapres nomor urut 2.
Sandiaga Uno mengatakan, Cianjur sangat terkenal dengan bidang pertaniannya. Ia menginginkan beras Cianjur diekspor ke berbagai negara agar kesejahteraan petani Cianjur meningkat.
"Cianjur sangat terkenal dengan berasnya, saya menginginkan beras Cianjur diekspor ke luar negeri agar kesejahteraan meningkat," kata Sandiaga Uno.

Sandiaga Uno juga menyoroti potensi pariwisata di Cianjur yang sangat baik untuk dikembangkan di antaranya Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, dan Cagar Budaya Gunung Padang.
Sandiaga Uno juga menyapa para juru kampanye lainnya yang menemaninya di Cianjur, di antaranya caleg DPR RI dari PAN, Eddy Soeparno, caleg DPR RI dari Partai Demokrat Syarif Hassan, dan Ahmad Heryawan atau yang akrab disapa Aher.
Aher menargetkan kemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Cianjur.
Dalam orasinya, ia menyebut bahwa Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ditargetkan menang dalam jumlah besar di Pilpres 2019.
"Saya targetkan kemenangan sebesar 70 persen untuk Prabowo Subianto-Sandiaga Uno," ujar Aher.
Kedatangan Sandiaga Uno Uno disambut pendukung yang di antaranya Kaum Emak-Emak. Banyak kaum ibu yang meminta foto bersama sehingga menyulitkan Sandiaga Uno untuk masuk dan keluar dari gedung.
Golput di Jabar Diprediksi Tinggi
Pasangan Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terus berjuang meraih suara banyak di Jawa Barat sampai detik-detik pencoblosan, pada 17 April 2019.
Namun, pengamat politik menyebut golongan putih alias golput malah akan tinggi.
Golput adalah kelompok orang yang memutuskan untuk tidak memilih pada pemilu 2019 atau Pilpres 2019.
Kepala Pusat Studi Politik dan Demokrasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Ari Ganjar Herdiansyah, memprediksi masyarakat Jawa Barat yang telah mempunyai hak pilih namun bersikap golput pada pemilihan umum (pemilu) 17 April mendatang akan meningkat.
Hal tersebut dilontarkan oleh Ari, mengacu pada hasil survey indikator pada pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018, yang mana 27 persen pemilih di Jawa Barat tidak menggunakan hak pilihnya.
"Tidak ada angka pasti, karena melihat orang itu golput atau tidak hanya ketahuan setelah pencoblosan, berbeda dengan survey elektabilitas. Tapi kemungkinan paling besar sampai jumlah 30 persen pemilih," kata Ari melalui sambungan telepon, Rabu (10/4/2019).
Menurutnya, golput sendiri terbagi kedalam dua pengertian, yang pertama pengertian secara luas dan kedua spesifisik.

Untuk secara arti luas, sikap golput dilakukan oleh orang yang tidak memilih, karena adanya beberapa hal teknis, mulai dari sakit, tidak terdaftar daftar pemilih tetap (DPT) atau pun tidak peduli alias apatis.
Sedangkan untuk golput secara spesifik, adalah salah satu sikap politik karena adanya satu kesadaran tidak memilih, hal tersebut merupakan pilihan dari sikap kritis dia terhadap proses politik.
Ari mengatakan, untuk golput secara spesifik, para pemilih kecewa karena yang diselamatkan peserta pemilu terpilih adalah kekuasaan semata, pemilih menilai para calon hanya umbar janji, politisasi identitas, dan saling mendiskreditkan.
• Pondok Pesantren Ini Siap Tampung Caleg Stres yang Gagal Lolos dalam Pemilu 2019
"Masih akan banyak selama mereka melakukan korupsi politik, kompetensi pejabat atau caleg yang tidak jelas, para kepala daerah fokus kampanye, tidak ada itikad perbaikan partai, kinerja DPR rendah, dan sebagainya," katanya.
Terkait maraknya gerakan golput di dunia kaya, kata Ari, secara ilmiah itu dipermasalahkan, karena golput itu merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang bukan hanya sebatas kesadaran tetapi, memiliki tujuan.
"Itu aktivitas politik yang tinggi, membangun gerakan dan dibenarkan secara teoritis," katanya.
Ari mengatakan, hingga saat ini Indonesia belum memiliki aturan yang disepakati kalau Indonesia menganut sistem wajib memilih, berbeda dengan negara tetangga Australia.
"Tidak seperti di australia, mereka yang tidak memilih akan kena denda sanksi hukum, begitu pun dengan 60 negara lainnya. Kalau di Indonesia era Soeharto itu suatu kewajiban, tetapi setelah reformasi itu tidak berlaku," katanya. (Tribunjabar.id/Kisdiantoro/Hakim B/Ferri Amiril M)