Sebelum Berjualan Bandros, Abah Satibi Berjualan Cincau Sejak Harga Masih Rp 25 per Gelas
Dalam kondisi penuh, Abah Satibi mengatakan, berat keranjang cincau yang dipikulnya dahulu bisa mencapai 60 kilogram.
Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Theofilus Richard
Laporan wartawan Tribun Jabar, Seli Andina Miranti
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Sebelum berjualan bandros, Abah Satibi (73), puluhan tahun berjualan cingcau di sekitar Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Sayangnya, pengaruh usia yang semakin senja, ia tidak kuat lagi memikul keranjang cincau yang cukup berat.
Hal ini disampaikan Abah Satibi ketika ditemui Tribun Jabar di tempatnya berjualan, di pinggir jalan dekat simpang empat Warung Kawat, Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Rabu (13/3/2019).
"Atuh sekarang mah keranjang bandros yang beratnya hanya sekitar 20 kilogram saja tidak kuat Abah pikul, apalagi cincau yang lebih berat," ujar Abah Satibi.
• Usia Tua dan Tubuh Tak Kuat Memikul Keranjang, Abah Satibi Tetap Berjualan Bandros
Dalam kondisi penuh, Abah Satibi mengatakan, berat keranjang cincau yang dipikulnya dahulu bisa mencapai 60 kilogram.
Belum lagi, saat cuaca mendung dan hujan, cincau dagangan Abah Satibi seringkali tak habis terjual.
Abah Satibi sendiri sebetulnya sudah puluhan tahun berjualan cincau sebelum akhirnya pindah haluan menjadi pedagang kue bandros.
"Abah berjualan cincau dari jaman harganya Rp 25 per gelas sampai Rp 3000 per gelas. Ada lebih dari 30 tahun mah," ujar Abah Satibi.
Abah Satibi berharap, meski berganti barang dagangan, rezeki untuknya dapat mengalir lancar agar dirinya dapat menafkahi keluarga.
• Belajar Ikhtiar dari Abah Satibi, Mengais Rezeki dari Berjualan Bandros Meski Usia Renta
• Ai Munawaroh, Korban Pembunuhan di Malaysia Dipulangkan ke Kampung Halaman di Pangandaran
• VIDEO- Menikmati Ragam Menu Nusantara Sambil Nongkrong di Dbuhun Resto