Tradisi Mider Buyut
Tradisi Mider Buyut di Desa Bulak Cirebon, Saat Tombak Milik Mbah Buyut Kesmadi Dibawa Keliling Desa
Setiap tahun menjelang padi berbuah warga Desa Bulak menggelar Mider Buyut. Ada tombak dan gong yang dicelupkan ke air dari Sumur Nyi Resmi.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: taufik ismail
Kepala Desa Bulak, Mulyani (60), mengatakan, tombak tersebut dipakai oleh Mbah Buyut Kesmadi untuk menjaga desa.
"Ritual ini rutin digelar setiap tahun. Sudah sejak ratusan tahun yang lalu. Pelaksanaannya saat padi hendak berbuah, kisaran bulan Februari atau Maret," katanya kepada Tribun Jabar.
Tombak itu berukuran sekitar 1,5 meter dan memiliki empat kepala naga di ujungnya. Tombak dan gong tersebut secara turun temurun disimpan di rumah kepala desa yang menjabat.
"Tombak tersebut tidak boleh dipegang oleh siapa pun kecuali keturunan langsung dari Mbah Buyut Kesmadi. Yang membawa dupa juga harus keturunannya. Tidak ada yang berani menyentuh tombak itu karena takut kualat," kata Mulyani.
Ia menambahkan, perawatan yang dilakukannya selalu rutin menggelar kirim doa yang dilaksanakan setiap malam Jumat.
Sebelum dicelupkan ke dalam air, tombak dan gong tersebut akan dibacakan doa terlebih dahulu. Untuk penyimpanannya pun, harus sesuai posisi. Tombak dan gong itu disimpan dengan dilapisi kain putih.
"Dulu pernah ada yang mencuri mahkota di tombak tersebut, kemudian sakit hingga meninggal. Sejak saat itu tidak ada yang berani menyentuhnya karena takut," katanya.
Tradisi tersebut dinamakan Mider Bumi.
Mider sendiri artinya mengelilingi. Para petugas berkeliling desa melakukan ritual tersebut.
Adapun tujuan dari ritual tersebut, kata Mulyani, untuk mendapatkan barokah, disembuhkan penyakit, mempermudah rezeki, enteng jodoh, dan mendapat hasil tanaman melimpah.

Air yang sudah dicelupkan tombak, dipakai warga untuk memandikannya anak mereka. Adapula warga yang menyiramkannya kepada tanaman padi.
"Biar anak sehat, terus yang sakit pada sembuh. Kami yang sehat juga pada mandi dari ember ini. Sengaja mandinya langsung di depan rumah seperti ini. Kami, sih, berharap mendapatkan berkahnya," ujar Darini (23), warga Desa Bulak.
Warga lainnya, Rasini (60) dan Mawi (72), tampak bergegas menyirami padi mereka dengan air tersebut.
"Kami, sih, tujuannya ingin padinya subur, mendapatkan hasil yang melimpah. Tiap tahun juga begini, alhamdulillah hasilnya bagus," kata Mawi.