Saat Sumiyo Bergulat dengan Petugas di Atap Rumah Lantaran Tak Ikhlas Rumahnya Digusur
Bujukan gagal. Pergulatan terjadi di puncak atap. Sumiyo melawan sambil berpegangan pada tiang listrik atap rumah.
Lebih dari 30 kepala keluarga bertahan mendiami rumah.
Mereka bersikeras menolak semua solusi apapun dari pemerintah untuk meninggalkan IPL, meski status tanah sudah kembali ke negara.
• Airin Rachmi Diany Belum Mau Berkomentar Banyak soal Hilangnya Wawan dari Lapas Sukamiskin
Angkasa Pura I (Persero) dan PP memutuskan memindahkan warga dari sana, memberi rumah tinggal sementara di rumah-rumah sewa, lantas menggusur rumah mereka di IPL.
Banyak ekskavator dikerahkan untuk mempercepat perobohan tidak hanya rumah, tetapi juga kandang sapi, pohon kelapa, melinjo, mangga, hingga pohon jati yang masih muda.
Upaya pembersihan lahan itu juga melibatkan ratusan orang, baik TNI-Polri, relawan angkat barang, hingga mobil truk.
Semua mendapat perlawanan dari warga yang menolak pembangunan bandara.
Penggusuran sebenarnya sudah berlangsung sejak Kamis (19/7/2018) kemarin. Sebanyak 17 dari 33 rumah sudah digusur sehari sebelumnya.
• Menengok Masjid Baabul Munawwar yang Berada di Perut Bumi, Tampung 250 Jemaah di Kedalaman 1760 M
Salah satu yang paling alot adalah rumah-rumah yang masuk Dusun Sidorejo, Desa Glagah, Temon.
Warga melawan dengan beragam cara, termasuk Sumiyo.
Ada yang terus menghujat, ada pula yang terus melempar polisi dan Satpol PP dengan pasir.
Ada juga yang berontak, bahkan melukai beberapa Satpol PP dengan cara menggigit.
• 5 Tahun di Lapas Sukamiskin, Eks Terpidana Korupsi: Era Saya Kalapas Sering Sidak, Tak Ada yang Aneh
Tidak ikhlas
Sumiyo mengaku rumah itu adalah peninggalan orang tuanya.
Di rumah itu, tinggal 2 kepala keluarga, yakni Sumiyo dan salah seorang anaknya yang sudah berkeluarga.
Sebagai rumah peninggalan, ia berniat mempertahankan sebisanya.