Kisah Soeharto yang Buta Merawat Istrinya yang Sakit Keras: Obat yang Bisa Saya Berikan Cuma Cium

Karena jarang bangun, luka baru di bagian punggung muncul. Belum lagi diperparah dengan kebersihan yang kurang terjaga.

Editor: Ravianto
surabaya.tribunnews.com/ahmad zaimul haq
Soeharto, duduk di belakang bingkai foto yang menampilkan dirinya bersama sang istri di depan rumah pemberian pemerintah 2008 silam, karena dia adalah Putra Daerah Probolinggo dan memiliki prestasi di bidang olahraga. 

TRIBUNJABAR.ID, SURABAYA -Soeharto duduk di sofa di depan rumahnya di Jl Putat Jaya C Barat gang 10 nomor 69, Senin (23/7/2018). Di tampak lahap menyantap nasi dan sayur pemberian Wati (51), tetangganya. 

Kondisinya kini berbeda jauh dengan saat dia masih menjadi atlet berprestasi hingga menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di ajang Sea Games 1976. 

 Pria 68 tahun yang buta sejak umur 19 tahun itu baru saja tiba dari menjenguk istrinya, Astuti (75) yang dirawat di RSUD Dr Soetomo karena luka infeksi di bagian pantat serta karena tumor jinak yang ada di otak

Usai makan, Soeharto bercerita, Astuti dijemput Linmas dan Satpol PP Pemerintah Kota Surabaya untuk mendapat perawatan khusus dari dokter.

Karena sebelumnya luka infeksi Astuti hanya dirawat seadanya olehnya, padahal kondisinya sudah parah, berdarah dan mengeluarkan bau tidak sedap.

"Ibuk (Astuti) operasi 2014-an akhir, tumor otak jinak. Setelah itu memang kondisinya semakin melemah. Dia hanya terbaring di atas kasur, dulu masih bisa bergerak sedikit, saya yang bantu papah ke kamar mandiri dengan jalan mundur."

"Ya kalau keserimpet ya jatuh berdua, saya ditimpa istri saya, gimana lagi saya kan tak bisa melihat juga, kami juga tidak punya anak," kata Soeharto menceritakan kondisi istrinya kepada Surya, Senin (23/7)

Karena sudah tak kuat berdiri, akhirnya Astuti hanya bisa terbaring lemas di atas kasur.

Karena jarang bangun, luka baru di bagian punggung muncul. Belum lagi diperparah dengan kebersihan yang kurang terjaga.

"Gimana lagi, saya nggak bisa lihat lukanya. Jadi kalau kencing, berak, mandi saya seka sebisanya saja. Nggak tahu ternyata makin parah sampai keluar belatungnya begitu dan bau tidak sedap," curhat Soeharto.

Kru Kesurupan, Pemeran Film Tumbal The Ritual Malah Merasa Konyol

Dari Bandrek Hingga Ikan Asin, Hidangan di Pertemuan Jokowi dan Para Ketua Umum Parpol Pendukung

PSM Makassar Kalah dari PSMS Medan, Persib Bandung Berpeluang Besar Juara Paruh Musim

Soeharto mengatakan, meski kondisinya sangat memprihatinkan dia tetap sabar.

Dia sering berpesan kepada istrinya, meski dia tidak melihat namun cintanya terhadap Astuti tidaklah akan pernah hilang.

"Kadang dia sering mengeluh sakit, saya jawab 'ya memang sakit, nanti diobati' kemudian saya cium. Obat yang bisa saya berikan ya ciuman tanda sayang itu."

"Saya ingin menyayangi istri saya seperti Nabi Muhammad menyayangi istrinya, sabar karena dia juga sabar nggak pernah membantah," kisah Soeharto mengenang.

Soeharto dengan keterbatasannya tak bisa apa-apa melihat kondisi istrinya secara cermat. Satu-satunya orang yang peduli adalah Wati, tetangganya yang punya warung kopi di seberang rumah.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved