Ramadan Berkah
Kisah Yadi Supriadi, Pembunuh Bayaran yang Akhirnya Total Berhijrah Setelah Mengaji di Majelis Tato
Di situ saya perang batin. Saya menganggap Allah tidak adil dan sayang sama saya. Saya pun memutuskan untuk kembali ke dunia malam
Penulis: Cipta Permana | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Bertekad untuk mengubah nasib, Yadi Supriyadi merantau ke Cirebon dan menjalani profesinya sebagai pembunuh bayaran.
Saat itu usianya masih 20-an tahun. Baru setahunan ini, ayah satu anak itu benar-benar berubah.
Kiprah Yadi sebagai pembunuh bayaran dimulai saat ia bergabung dengan tim pengawal pribadi seorang pengusaha kaya yang tinggal di Cirebon.
Pekerjaan membunuh dilakukan Yadi bersama timnya atas perintah pengusaha tersebut. Namun, Yadi menolak menceritakan berapa kali ia terlibat pembunuhan.
Berprofesi sebagai pengawal pribadi sekaligus pembunuh bayaran membuat Yadi akrab dengan dunia malam.
Ini yang Terjadi Pada Tubuh Bila Berpuasa 30 Hari di Bulan Ramadan, Awal Puasa yang Tersulit! https://t.co/ts6coGGR5L via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 17, 2018
Minum minuman keras dan bermain perempuan nakal menjadi kesehariannya. Hingga suatu saat pada tahun 1998, seseorang, entah kenapa mulai menyadarkannya.
Peristiwanya, menurut Yadi, terjadi ketika ia mendapat tugas untuk membunuh seseorang di Kabupaten Garut. Selama empat hari Yadi mencari-cari targetnya di kota itu, tapi tak berhasil.
Alih-alih berhasil, Yadi justru bertemu dengan seseorang yang kemudian mengajaknya menemui seorang ajengan di salah satu pesantren di kota itu.
Baca: Sopir Truk Pengangkut Pasir dari Proyek Embung Gedebage Lakukan Ini agar Tak Mengganggu Tarawih
"Waktu itu, selain memandikan dan mendoakan saya, ustaz di pesantren itu juga mendoakan saya. Ia juga meminta saya segera meninggalkan pekerjaan membunuh itu atau saya bakal mati dalam kondisi yang mengenaskan," ujar Yadi, yang tahun ini genap berusia 42 tahun, melalui sambungan telepon, Rabu (16/5).
Yadi mengatakan, ucapan ustaz di Garut itu sungguh menggetarkan hatinya. Itu pulalah yang kemudian membuatnya memutuskan untuk tak jadi membunuh targetnya. Ia pun pulang ke Cirebon berbekal laporan palsu bahwa "tugas" sudah ia laksanakan.
Meski tak mudah melakukannya, sejak saat itu, pria kelahiran Bandung ini perlahan-lahan menjaga jarak dengan kelompoknya, sebelum akhirnya melarikan diri karena tak mau lagi terlibat dengan pembunuhan.
Ia berpindah-pindah tempat agar tidak terlacak oleh kelompok dan bosnya.
Baca: Ingat Sumanto ? Ini yang Dilakukannya Selama Bulan Puasa, Masih Bikin Onar ?
"Sebab, bagaimanapun, saya memegang rahasia mereka. Alhamdulillah, mungkin Allah masih sayang, jarak beberapa tahun saya balik lagi ke Cirebon untuk melihat kondisi dan situasi, ternyata sudah tidak ada lagi yang mencari saya," ucapnya.
Mendapati kenyataan itu, Yadi pun akhirnya memutuskan untuk kembali berkunjung ke Garut untuk menemui ustaz yang dulu sempat menasihati, memandikan, dan mendoakannya.
Singkat cerita, mereka pun bertemu. Ustaz itu kembali menasihati Yadi. Yadi diminta menemui orang tuanya yang tinggal di Bandung, berterus terang tentang apa yang selama itu Yadi lakukan, meminta maaf, sekaligus menyatakan tekadnya untuk berubah.
Baca: Bukan Ezechiel N Douassel atau Jonathan Bauman, Striker Ini Disebut Pembelian Terbaik Persib Bandung
Mendapat nasihat itu, Yadi pun menurut. Ia datang ke Bandung dan menemui orang tuanya. Akan tetapi, bukannya maaf, orang tuanya justru sangat marah dan mengusir Yadi dari rumah.
Sakit hati dan kekecewaan kemudian membuyarkan tekad Yadi untuk berhijrah. Ia kembali ke dunia malam. Mabuk-mabukan, berbuat kejahatan.
Pada masa-masa itulah Yadi kemudian bertemu dengan seorang wanita yang akhirnya ia nikahi. Dari wanita itu, Yadi memiliki seorang anak. Mereka tinggal di Bandung.
Pelan-pelan, bersama keluarga kecilnya itu, Yadi pun kembali berusaha menata hidupnya. Ia mulai mencari nafkah dengan cara yang halal.
Baca: Rumah Hasanah Ukurannya 3 m x 7 m, Dihuni 7 Orang, Kini Nyaris Ambruk, Pemkot Cimahi Tak Peduli
Akan tetapi, cobaan ternyata belum berhenti. Pada saat kehidupannya mulai membaik, bisnis yang digelutinya bertahun-tahun bangkrut. Tak sampai di situ, istri yang dicintainya ternyata berselingkuh dengan pria lain.
Dalam kekecewaannya ketika itu, Yadi pun kemudian memutuskan untuk merantau. Kali itu ke daerah Pandeglang, Banten. Yadi masih ingat, saat itu sekitar tahun 2008.
"Di Banten, saya enggak sengaja ketemu sama tokoh adat di sana di sebuah warung kopi. Saya ngobrol panjang dari jam sembilan malam sampai jam tiga subuh di rumahnya. Saya jelasin masa lalu dan tekad saya untuk berubah. Dia bilang, kalau saya memang mau berubah, harus total karena Allah Maha Pemaaf," ujarnya.
Nasihat itu rupanya sangat membekas di hati Yadi. Tahun 2009, Yadi kembali memberanikan diri menemui lagi orang tuanya untuk meminta maaf.
Baca: Bau Mulut Saat Puasa Bikin Enggak Nyaman? Tenang,Ikuti 5 Cara Ini Untuk Mengatasinya
Dalam hatinya saat itu, Yadi bertekad, jika usahanya kembali gagal, ia akan tetap berada di dunia hitam hingga ajal menjemputnya.
Hal yang dikhawatirkan akhirnya benar-benar terjadi. Orang tuanya tetap menolak kehadiran Yadi.
"Di situ saya perang batin. Saya menganggap Allah tidak adil dan sayang sama saya. Saya pun memutuskan untuk kembali ke dunia malam," ucap Yadi.
Baca: 2 Alasan Ini Bikin Persib Bandung Harus Gelar Laga Pengganti Kontra Persebaya Surabaya
Dunia malam itu, menurut Yadi, terus digelutinya hingga bertahun-tahun kemudian. Namun, pertemuan dengan sahabat lamanya pertengahan 2017 kembali membuka mata hatinya.
Lewat teman lamanya itulah Yadi berkenalan dengan Ustaz Rosihan Fahmi, pemilik Majelis Tato di Cijawura Girang, Bandung, pada awal 2018.
Di majelis inilah kemudian Yadi mengaji. Anggota majelis ini, kata Yadi, berasal dari berbagai latar belakang masa lalu yang kelam. Namun, semuanya memiliki tekad yang sama, ingin berubah agar mendapat rida Allah.
Baca: Heboh Pesan Berantai Via WhatsApp Ada Teroris Berkeliaran di Bandung, Begini Kata Hendro Pandowo
"Awalnya, saya sempat aneh, kok nama majelisnya adalah Majelis Tato," ujarnya. Belakangan, kata Yadi, dia akhirnya tahu bahwa Tato itu ternyata kependekan dari taubat total.
Yadi mengaku sangat nyaman belajar agama di majelis ini. Di majelis inilah tekadnya untuk berubah kembali muncul dengan kuatnya. Yadi memutuskan untuk total berhijrah dan meninggalkan segala urusan masa lalunya.
"Setiap orang pasti punya masa lalu yang kelam. Kita enggak pernah tahu kapan akan dipanggil menghadap Yang Mahakuasa," ujarnya. (*)