Hikmah Ramadhan
Lailatul Qadar, Momentum Perbaikan Diri dan Bangsa
Nabi bersabda yang artinya, ‘siapa saja yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka i’tikaflah disepuluh malam terakhir’.
Oleh: Dr. Rahmat Alamsyah M.Ag
Dosen Univ. Muhammadiyah Bandung, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
PADA sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan, ummat islam biasanya ramai melaksanakan ibadah I’tikaf di masjid. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai Lailat Al-Qadr, yaitu kebaikan yang setara dengan kurang lebih 1000 bulan. Kebaikan seperti apa yang dimaksud?
Menurut Buya Hamka dalam bukunya Tafsir Al-Azhar, yang juga merujuk pada pendapat-pendapat mufassir terdahulu, Lalilat Al-Qadr adalah malam ketetapan, yaitu dimulainya garis pemisah antara kufur dan iman, jahiliyah dan islam, serta syirik dan Tauhid.
Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam bukunya Tafsir Al-Misbah, mengapa di sebut Lailat Al-Qadr adalah karena Al-Quran di turunkan sebagaimana ungkapan ayat pertama dalam surah Al-Qadr, ‘sesungguhnya kami turunkan Al-quran pada malam lailatul qadr’, (Qs. 97: 1).
Jika kata Al-Qadr dihubungkan dengan hadirnya Al-Quran sebagai petunjuk hidup bagi manusia maka jelaslah apapun istilahnya, apakah itu malam kebaikan, kemuliaan ataupun ketetapan, adalah lebih karena Al-Qurannya. Oleh karena itu semua orang bisa mendapatkan nilai Lailat Al-Qadr sepanjang dia mau mengamalkan tuntunan-tuntunan Al-Quran dalam kehidupannya.
I’tikaf secara bahasa adalah ‘berdiam diri’, sedangkan secara istilah adalah ‘berdiam diri di dalam masjid untuk waktu tertentu niat beribadah karena Allah. Menurut madzhab Imam Syafi’i, hukum i’tikaf adalah sunnah muakkadah atau mustahab, artinya sangat dianjurkan.
Dalam salah satu hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Hibban Nabi bersabda yang artinya, ‘siapa saja yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka i’tikaflah disepuluh malam terakhir’.
Para ‘ulama berbeda pendapat terkait lama waktu i’tikaf, bisa beberapa menit atau semalaman sampai subuh, yang jelas melaksanakan berbagai kegiatan ibadah seperti, shalat tarawih, membaca Al-Quran, berdo’a dan berdzikir atau belajar agama.
Dalam kaitan hal tersebut i’tikaf merupakan ikhtiar manusia untuk medapatkan ridha, rahmat dan petunjuk Allah S.W.T
Kapan nilai lailat Al-Qadr itu turun menghampiri kita dan seperti apa ciri-ciri orang yang mendapatkannya?, di sinilah rahasianya.
Para ‘ulama berbeda pendapat, tidak ada yang tahu persis kapan waktunya, apakah dimalam genap atau malam ganjil disepuluh hari terkakhir bulan suci Ramadhan.
Menurut Ibnu Qayyim Al-jauziy, indikator seseorang mendapatkan nilai Lailat Al-Qadr adalah adanya perubahan perilaku.
Ia menyebutkan lima perubahan mendasar yaitu; pertama seseorang berubah dari ragu menjadi yaqin dalam keimanannya, kedua berubah dari bodoh menjadi berilmu, ketiga berubah dari lalai menjadi mengingat Allah, ke-empat berubah dari khianat menjadi amanah dalam setiap urusannya dan kelima berubah dari riya menjadi Ikhlas dalam segala ‘amal dan ibadahnya. Wallahu a’lam bishawab.
Lailat al-qadr sejatinya kita jadikan momentum untuk perbaikan diri dan bangsa. Kita melihat dan merasakan berbagai masalah sosial, ekonomi dan politik yang jauh dari nilai-nilai agama, budaya dan jati diri bangsa.
Masalah korupsi, keadilan, penegakan hukum dan rusaknya moral generasi muda menjadi kehawatiran banyak pihak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.