Tidak Kunjung Deklarasi, Prabowo Cukup Jadi ''King Maker'' di Pilpres 2019?
Saya akan ambil keputusan bersama dengan semua rekan-rekan, dan pada saat yang tepat, tentunya keputusan itu
Prabowo urung jadi capres?
Penyebab mengapa Partai Gerindra belum kunjung mengumumkan Prabowo sebagai capres ditengarai ada kaitannya dengan Pilkada tahun ini.
Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Hurriyah, menilai Gerindra menunggu hasil Pilkada 2018 sebagai tolok ukur pencalonan Prabowo sebagai presiden.
"Saya melihat Gerindra akan menunggu Pilkada 2018 ini untuk mengukur sejauh mana dukungan untuk Prabowo. Mungkin setelah Pilkada 2018, Gerindra akan lebih mantap mengukur apakah Prabowo masih bisa dicalonkan lagi sebagai presiden," tuturnya.
Penyebab lainnya Partai Gerindra diduga terbagi menjadi dua kubu, antara yang meminta Prabowo tetap maju sebagai capres dan yang menghendaki Prabowo di balik layar menjadi 'king maker'.
Baca: Tantang Sriwijaya FC, Persib Bandung Berharap pada Debut Jonathan Bauman dan Magis Febri Hariyadi
"Sejarahnya sudah kelihatan. Setiap kali Prabowo mencalonkan orang, orang itu menang. Waktu mencalonkan diri Jokowi sebagai gubernur DKI pada 2012, kemudian Ahok, lalu Anies Baswedan. Argumen itu dipakai orang-orang yang ingin Prabowo jadi king maker saja, enggak usah maju (di pilpres 2019)," kata Hurriyah.
Dugaan ini dikuatkan oleh ucapan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang juga adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, yang tidak menampik adanya kemungkinan kakaknya tak jadi maju di pilpres karena mempertimbangkan faktor usia, kesehatan, dan pendanaan.
"Cukup atau tidak logistiknya? Kan harus begitu," kata Hashim di Kompleks Parlemen, Rabu (28/3/2018).
Masalah pendanaan
Saat ini nama Prabowo dipandang sebagai yang terkuat dalam menghadapi calon petahana, Presiden Joko Widodo.
Menurut Direktur Eksekutif lembaga survei Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi, nama-nama seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, masih di bawah elektabilitas Prabowo.
Bahkan, minimal sepertiga pemilih di Indonesia mendukung Prabowo dan mereka disatukan oleh sikap anti-Jokowi.
"Kalau kita hubungkan mereka yang tidak puas terhadap kinerja Jokowi atau mereka yang selama ini di media sosial mengeluarkan sentimen kekecewaan terhadap Jokowi, umumnya ya pemilih Prabowo pada 2014," kata Burhanuddin.
Baca: Gantung Sepatu, Eks Striker Persib Bandung Dapat Doa Ini dari Penyerang Borneo FC