BNPT Sebut Mahasiswa Rentan Disusupi Paham Radikal
Paling banyak (paham radikal ada) di online. Online besar sekarang (karena eranya) informasi digital.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Mahasiswa menjadi kelompok yang rentan disusupi paham radikal.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius, kepada wartawan setelah memberikan kuliah umum tentang kebangsaan dan radikalisme kepada lebih dari 1.000 mahasiswa ITB, di Sabuga, Jalan Siliwangi, Kota Bandung, Sabtu (10/2/2018).
Keingintahuan tinggi mahasiswa terhadap hal-hal baru, ucap Suhardi Alius, membuat mahasiswa menjadi rentan disusupi paham radikal.
Selain keingintahuan yang tinggi, pada era teknologi informasi ini, mahasiswa juga mudah terpapar paham radikal melalui internet.
"Karena (sekarang) era teknologi informasi digital. Sekarang susah memonitornya. Diam-diam mahasiswa buka yang seperti itu (paham radikal di internet)," ujar Suhardi Alius.
Dari Legendaris Hingga Kekinian, Inilah Dua Sajian Cilok yang Paling Banyak Diburu di Bandung https://t.co/OLvs5beLC0 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 12, 2018
"Paling banyak (paham radikal ada) di online. Online besar sekarang (karena eranya) informasi digital. (Contohnya adalah) infiltrasi lewat media sosial."
Karena itu, peran serta dosen dan sesama teman di kampus, ucapnya, sangat dibutuhkan untuk mencegah paham radikal diikuti oleh mahasiswa.
Di lokasi yang sama, Rektor ITB Prof Dr Ir Kadarsah Suryadi DEA, mengatakan perguruan tinggi yang dipimpinnya menerapkan sanksi yang tegas jika ada mahasiswa yang mengkuti paham radikal.
Baca: Pria ini Kaget Temukan Dua Piton di Dalam Batang Kayu, yang Terjadi Selanjutnya Bikin Warga Bersorak
"Saat ini belum ada (mahasiswa ITB yang mengikuti paham radikal). Kami ada komisi disiplin. Sanksi (paling) tegas, kami keluarkan mahasiswanya," ujarnya.
Sejak masuk ke ITB, lanjutnya, mahasiswa akan berjanji untuk setia kepada NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 45.
"Waktu kuliah pun ada aturan akademik yang melarang hal-hal yang bertentangan dengan NKRI. Yang aktif di organisasi kemahasiswaan kami kirim ke artileri medan untuk paham bela negara. Mereka lulus pun kita lantik lewat janji lulus. Kita kawal dari awal hingga akhir," katanya. (*)
