Drama Ojol Vs Opang: Kasus Perampasan HP Paling Sering Terjadi

Beberapa kekerasan dilakukan oknum sopir angkot dan ojek pangkalan berbuntut pada trauma yang dialami driver ojek online.

Penulis: Theofilus Richard | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUNJABAR.CO.ID/THEOFILUS RICHARD
Ratusan driver ojek online berdemonstrasi di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (20/11/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard 

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Beberapa kekerasan dilakukan oknum sopir angkot dan ojek pangkalan berbuntut pada trauma yang dialami driver ojek online. 
Tidak hanya sekedar trauma, bahkan driver tersebut  mengalami luka cukup parah. 
"Ada satu driver online karena kejadian itu, dia keluar dari perusahaan transportasi online, tidak ngojek lagi. Tapi yang parah itu efeknya, pengelihatannya berkurang karena pemukulan," ujar penasihat hukum komunitas driver transportasi online HDBR, Marudut Sianipar, kepada wartawan di depan Gedung Sate, Senin (20/11/2017).
Menurut catatannya, ada 10 kasus kekerasan yang terjadi dari tahun 2015 hingga 2017.
Tiga di antara 10 kejadian tersebut mengakibat korban mengalami luka memar akibat pukulan. 
Selain aksi pemukulan, ada juga aksi perampasan yang dilakukan oknum ojek pangkalan.  
"Hak milik mereka semisal kunci disita tanpa ada kesepakatan jelas. Tendensi lebih memberatkan pihak driver online," ujarnya. 
Koordinator Geram, Andrian Mulya Putra, mengaku mengetahui kejadian tersebut. 
Ia mengatakan kasus tersebut terjadi di sebuah pangkalan ojek di dekat Bandara Husein Sastranegara. 
Driver ojek online yang ketahuan beroperasi di daerah tersebut, dihentikan oleh oknum ojek pangkalan, kemudian handphone milik driver disita dan dimasukan ke dalam sebuah kotak. 
"Teman-teman (wartawan)  boleh datang ke pangkalan di Citepus, di sana ada satu kotak besar berisi handphone. Handphone itu siapa pemiliknya?" ujarnya. 
Ia juga bercerita, sopir ojek pangkalan tersebut awalnya berniat menyerahkan handphone tersebut ke kantor polisi. 
Tetapi hingga saat ini, kata Andrian, handphone itu masih ada di pangkalan ojek. 
"Kami yakin kejadian ini terus  bertambah. Ada handphone, SIM, STNK, bahkan perusakan kendaaran terjadi, baik pada transportasi online roda dua atau roda empat," kata Andrian.
Andrian berharap pemerintah dan kepolisian bisa turun agar kejadian kekerasan tidak terjadi lagi.
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved