PON XIX Jabar 2016
Atlet Dayung Borong Aksesoris PON XIX/2016 yang Dijual di Kawasan Situ Cipule
Di kawasan itu, sejak pekan lalu, sudah dipadati berbagai macam pedagang. Mulai pedagang kaos, asesori, celana, dompet . . .
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
KARAWANG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Pedagang di kawasan Situ Cipule, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang meraup untung gelaran PON XIX 2016 Jawa Barat (Jabar) cabang olahraga dayung yang dimulai sejak pekan lalu.
Di kawasan itu, sejak pekan lalu, sudah dipadati berbagai macam pedagang. Mulai pedagang kaos, asesori, celana, dompet, plakat, boneka maskot PON, kaca mata, jam tangan hingga makanan dan minuman.
Umumnya, setiap hari dagangan itu disambangi ratusan atlet dari berbagai daerah. Mereka memborong sejumlah barang mulai dari kaos hingga asesoris
"Pembelinya kebanyakan atlet, mereka banyak beli kaos, gantungan kunci, pin, topi sampai pin magnet bertuliskan PON XIX Jabar," ujar Ismail (48), pedagang asal DKI Jakarta saat ditemui di lapaknya, Jumat (23/9).
Ia membuka lapaknya sejak pekan lalu di Situ Cipule dengan sewa lapak Rp 150 ribu per hari. Uang sewa lapak itu diserahkan ke aparat desa. Ia mengaku terbiasa berjualan kaos di ajang-ajang nasional. Bahkan, PON Riau 2012 ia berjualan juga disana.
"Kami memang menargetkan dagangannya untuk para atlet, tujuannya ya buat oleh-oleh PON Jabar untuk keluarga atlet," ujar dia.
Beralasan, karena panitia cabang olahraga (cabor) dayung tidak menyediakan pusat penjualan merchandise PON Jabar. Harga yang dijual Ismail terbilang murah, mulai Rp 5 ribu hingga Rp 150 ribu.
Hal senada dikatakan Dani (48), pedagang kaos berlogo PON Jabar. Selama gelaran PON cabor dayung, ia mengkhususkan jualan kaos yang dijual seharga Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.
"Sehari disini kami bisa menjual hingga 100 lembar kaos berlogo PON Jabar. Harganya variatif, paling laku dibeli atlet untuk oleh-oleh," ujad Dani yang berdomisili di DIY Yogyakarta.
Karena permintaan kaos cukup tinggi setiap harinya, ia dan lima rekannya menyablon kaos di sekitar Situ Cipule, dengan mengontrak sebuah rumah. "Kami bawa kaos polosnya dari Yogyakarta lalu disablon disini. Tiap kaos habis ya sablon lagi," ujarnya.
Namun, menurutnya, daya laku dagangannya tidak selaku di venue daerah lain. Rekannya berjualan kaos di Si Jalak Harupat. "Sehari disana bisa habis 200 kaos, disini cuma 100 kaos paling banyak. Tapi bagaimanapun disyukuri saja," kata dia. (men)