SBY Jelaskan soal Pernyataan 100 Juta Orang Miskin di Indonesia Lewat Twitter

Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) menjelaskan pernyataannya terkait 100 juta angka orang miskin di Indonesia yang sempat menuai pro kontra.

Editor: Dedy Herdiana
Twitter SBY /Kompas.com
SBY memberikan klarifikasi soal pernyataannya yang menyebutkan angka orang miskin di Indonesia 100 juta orang. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA – Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) menjelaskan pernyataannya terkait 100 juta angka orang miskin di Indonesia yang sempat menuai pro kontra.

Dilansir Kompas.com, Klarifikasi ini disampaikan SBY melalui akun resmi Twitter-nya, @SBYudhoyono, Rabu (1/8/2018).

Sebelumnya, seusai bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Senin (30/7/2018), SBY mengatakan, orientasi pemerintahan selanjutnya harus fokus pada penyelesaian masalah kemiskinan di Indonesia.

Ini Alasan Gebyar 10001 Merah Putih Digelar di Gedung Perundingan Linggarjati Kuningan

Kadisdukcapil Kota Cimahi Resmi Menjadi Pj Sekda Setelah Dilantik Wali Kota

Menurut SBY, hal itu disepakati dalam pembicaraan antara dirinya dengan Prabowo.

SBY menyebutkan, dalam pertemuan tersebut diidentifikasi apa saja yang dihadapi rakyat miskin yang menurut dia angkanya mencapai sekitar 100 juta orang.

Menanggapi pernyataan SBY, pemerintah membantah angka orang miskin yang disebut SBY.


Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018 menyebutkan angka orang miskin jauh di bawah 100 juta.

Namun, menurut SBY, terkait pernyataannya, harus melihatnya dengan "The bottom 40".

"Banyak yg salah mengerti arti "the bottom 40%", kemudian langsung berikan sanggahan ~ "Tak benar jumlah penduduk miskin 100 juta org" *SBY*," demikian bagian klarifikasi SBY dalam twitnya, Rabu siang.

“Ada pejabat negara yang mengatakan menurut BPS yang miskin hanya sekitar 26 juta. Tentu saya SANGAT MENGERTI angka itu *SBY*,” lanjut dia.

SBY menyebutkan, istilah "the bottom 40%" digunakan oleh World Bank Group, yaitu 40 persen penduduk "golongan bawah" di masing-masing negara.

Menurut dia, di negara berkembang yang angka income perkapitanya belum tinggi, mereka termasuk kaum sangat miskin, kaum miskin, dan "di atas miskin" (near poor).

"Ketika saya jadi Ketua HLP PBB (bersama PM Inggris & Presiden Liberia) susun bahan "SDGs", "the bottom 40%" jadi perhatian utama *SBY*," twit SBY.

SBY mengatakan, kelompok ini sangat rawan dan mudah terdampak jika ada kemerosotan ekonomi, terutama jika ada kenaikan harga, termasuk sembako.

Halaman
123
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved