Breaking News

EKSKLUSIF TRIBUN JABAR

Gara-gara Limbah, Air Sungai di Cimahi Sangat Berbahaya, Ikan Sapu-sapu Saja Tak Bisa Hidup

Menurut Arief Nurcahyo, limbah tekstil yang mencemari Sungai Cimahi, Sungai Cibaligo, dan Sungai Cibabat sangat berbahaya, hewan pun tak dapat hidup.

Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Seli Andina Miranti
Tribunjabar/Ragil Wisnu Saputra
Anggota Satgas Citarum Harum saat menutup tempat pembuangan limbah PT Senotexindo Jaya Lestari di Kampung Pansor, Desa Nanjung Mekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu (4/7/2018). 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Ragil Wisnu Saputra

TRIBUNJABAR.ID, Cimahi - Pemerhati lingkungan Kota Cimahi, Arief Nurcahyo, mengatakan bahwa Cimahi ditetapkan sebagai kawasan industri sejak zaman Orde Baru, tepatnya pada pertengahan 1978.

Sejak itu pula limbah tekstil mulai mencemari daerah ini.

"Ini artinya, sudah 40 tahunan Cimahi tercemar limbah. Hewan-hewan endemik sudah enggak ada lagi di Cimahi karena pada mati terpapar limbah," ujar Arief saat mendampingi Satgas Sektor 21 melakukan operasi penutupan saluran limbah cair di Jalan Cibaligo, Cimahi, Senin (9/7/2018).

Menurut Arief Nurcahyo, limbah tekstil yang mencemari Sungai Cimahi, Sungai Cibaligo, dan Sungai Cibabat sangat berbahaya.

Buktinya, ikan sapu, yang merupakan ikan paling tahan limbah, pun sudah tak bisa hidup di sungai-sungai di Cimahi.

"Ikan sapu itu ikan endemik sini. Ikan ini kebal dengan semua limbah. Tapi sekarang sudah enggak ada. Ini bukti limbah di sini sangat berbahaya. Selain ikan sapu, hewan endemik lainnya seperti bogo, belut, dan tutut, juga sudah enggak ada," ujarnya.

Arief mengatakan, daur ulang air limbah untuk proses produksi seperti yang dilakukan pabrik tekstil PT Mulia Lestari adalah sesuatu yang seharusnya diikuti oleh pabrik-pabrik lainnya.

Polisi Jaga Aksi Demo Para Orangtua yang Anaknya Gagal Diterima di SMP Negeri di Bandung

"Saya tahu mereka 100 persen mendaur ulang air limbahnya karena telah melihat sendiri prosesnya. Bayangkan saja, setiap pabrik di sini memiliki sumur artesis empat hingga delapan," Ujarnya.

Arief menambahkan, setiap sumur untuk 200 meter kubik kali jumlah pabrik yang ada, karena itu air tanah semakin menurun setiap harinya.

Menurutnya, jika semua pabrik bisa mendaur ulang limbah cairnya kembali dipergunakan saat produksi, hal tersebut akan sangat membantu. Kalau tidak seperti itu, lama-lama air tanah di Kota Cimahi akan habis dan kering.

Menurut Arief Nurcahyo, langkah tegas yang dilakukan Satgas Sektor 21 Citarum Harum merupakan langkah yang tepat.

Selain itu, Arief juga mendorong agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH), mulai tingkat kabupaten/kota, provinsi hinga Kementerian Lingkungan Hidup mengubah aturan mengenai tata kelola lingkungan secepatnya.

"Harus diubah aturannya kalau mau Citarum kembali seperti semula. Kami bersama penggiat lingkungan yang lainnya juga akan turut mengawasi dan memantau pabrik-pabrik yang ada. Kalau ada temuan, kami akan laporkan secepatnya ke Satgas," ujar Arief.

Cara Simpel Isi Baterai Smartphone agar Lebih Cepat dan Tahan Lama, Bisa untuk Semua Jenis Ponsel

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved