Kolaborasi Berbagai Pihak Jadi Kunci Pemuda Berminat Jadi Petani
Tiada lagi cara untuk menggaet para pemuda agar berminat dengan dunia pertanian, kecuali kolaborasi dari berbagai pihak.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Tiada lagi cara untuk menggaet para pemuda agar berminat dengan dunia pertanian, kecuali kolaborasi dari berbagai pihak. Mulai dari pemuda itu sendiri, masyarakat, komunitas, hingga yang paling penting, pemerintah dan pengusaha.
"Yang jadi masalah, petani bukan pekerjaan yang bonafide, keren. Anak muda inginnya yang wah, padahal petani adalah pekerjaan luar biasa keren," kata Ahmad Syarif Amrullah, aktivis Pemuda Peduli Ketahanan Pangan sekaligus Founder GreenZ.idn, Sabtu (15/11/2025).
Ahmad Syarif Amrullah merupakan satu narasumber seminar Green Harmony. Seminar bertajuk "Pemuda dan Ketahanan Pangan: menggali Potensi Pemuda dalam Menjaga Kedaulayan Pangan Nasional" ini berlangsung di Ruang Multimedia, Fakultas Pertanian Unpad, Jatinangor, Sumedang, Sabtu.
Dia menegaskan, ingin meningkatkan kembali minat generasi muda dalam pertanian.
Baca juga: Berbagai Masalah Mendasar Petani Jawa Barat Muncul Saat Sarasehan KTNA di Purwakarta
"Kalau tidak ada regenerasi, siapa yang nanti jadi petani, siapa yang meneruskan, bagaimana nasib Indonesia 10 hingga 20 tahun ke depan? Apalagi target kita menggapai ketahanan pangan, apalagi mimpi besar Indonesia emas 2045," katanya.
Menurutnya, perlu banyak support dari masyarakat umum dan pemerintah. Meski demikian, dia mengapresiasi pemerintah yang telah mempermudah akses pupuk.
"Izinkan saya apresiasi, ada regulasi yang mempermudah petani, Permentan Nomor 6 Tahun 2025, bukti atensi pemerintah atas dunia pertanian besar. Apalagi target utama presiden untuk ketahanan pangan nasional, dan ini harus ambil, harus peka. Dengan adanya itu, ada kemudahan pupuk, misalnya, dari Pupuk Indonesia," katanya.
Menurut data Pupuk Indonesia, Perpres Nomor 6 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Pupuk Bersubsidi hadir sebagai regulasi baru yang tidak hanya mengatur prinsip “tepat jenis, tepat jumlah, tepat harga, tepat tempat, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat penerima.” Di saat yang sama memangkas dan mencabut 145 aturan lama yang sebelumnya mengatur pupuk bersubsidi, sehingga tata kelola menjadi lebih sederhana, efisien, dan terintegrasi.
Baca juga: Dedi Mulyadi Rayakan Hari Pahlawan Bersama Petani: “Hargai Pahlawan Pangan dengan Upah Layak”
Guna memenuhi kebutuhan pupuk para petani terdaftar, berdasarkan data Pupuk Indonesia per tanggal 12 November 2025. Ketersediaan pupuk secara nasional berjumlah 1,47 juta ton, terdiri dari Pupuk Subsidi : 917.036 ton dan Pupuk Nonsubsidi : 306.176 ton.
Sementara untuk wilayah Jawa Barat, ketersediaan stok pupuk per tanggal 12 November 2025 yang dapat dibeli oleh petani terdaftar berjumlah 64.172 ton, yang terdiri Pupuk Subsidi : 61.353 ton dan Pupuk Nonorganik : 2.819 ton. (*)
| West Java Investmen Sumit 2025, Pemkab Sumedang Diganjar Penghargaan |
|
|---|
| Rumah Kades Trunamanggala Sumedang Terancam Ambruk Setelah Tembok Penahan Ambrol |
|
|---|
| Lebih dari 59 Persen Rumah Tangga Indonesia Tidak Aman Pangan |
|
|---|
| Guru Besar Unpad: Bank Tanah Solusi Tekan Konflik dan Sengketa Lahan Negara di Indonesia |
|
|---|
| Produksi Padi Timpang dengan Populasi Penduduk, Seminar Green Harmony Bahas Pentingnya Peran Pemuda |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Aktivis-Pemuda-Peduli-Ketahanan-Pangan-sekaligus-Founder-GreenZidn-Ahmad-Syarif-Amrullah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.