Polisi Libatkan KPAI di Kasus Ledakan SMAN 72 Jakarta, Korban dan Terduga Pelaku Masih Anak-anak

Pihak kepolisian melibatkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam menangani kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta

Editor: Hilda Rubiah
KOMPAS.com/Omarali Dharmakrisna Soedirman, Istimewa
LEDAKAN DI SMAN 72: Siswa terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta disebut sering menyendiri, menggambar hal-hal aneh hingga memiliki kegemaran menonton film gore. - Berikut penjelasan tentang film gore. 

TRIBUNJABAR.ID - Pihak kepolisian dari Polda Metro Jaya melibatkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam menangani kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto mengatakan, alasan KPAI dilibatkan karena para korban dan terduga pelaku masih anak-anak atau berstatus anak di bawah umur.

KPAI bersama tim juga membantu untuk melakukan trauma healing kepada para korban.

"Penyelidikan dan penanganan peristiwa ini, Polri melibatkan KPAI dan tim trauma healing mengingat korban dan yang diduga melakukan suatu perbuatan adalah anak yang berhadapan dengan hukum. Artinya masih dianggap berstatus anak," kata Budi, Minggu (9/11/2025).

Baca juga: Latar Belakang Keluarga FN Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Diungkap Ketua RT

Budi mengungkapkan, sebanyak 96 orang menjadi korban dalam peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta.

29 korban di antaranya masih menjalani perawatan di tiga rumah sakit berbeda. Sementara itu, 67 orang lainnya sudah diperbolehkan pulang.

"Kami tekankan jumlah korban 96 orang. Saat ini yang dirawat berjumlah 29 orang, dengan rincian 14 di Rumah Sakit Islam Jakarta, 14 di Rumah Sakit Yarsi dan satu di Rumah Sakit Pertamina," ujar Kabid Humas.

Budi mengungkapkan, tim gabungan dari Puslabfor, Densus 88, Tim Penjinak Bom (Jibom) dan Gegana Polri telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) hingga malam ini.

Polisi juga sudah menggeledah tempat tinggal pelaku di wilayah Cilincing, Jakarta Utara, dan mengamankan sejumlah barang bukti.

Di sisi lain, Polda Metro Jaya mendirikan posko pelayanan bagi korban dan keluarganya.

Di posko ini polisi tak hanya melakukan pendataan identitas dan jumlah korban luka, tetapi juga menyediakan layanan trauma healing.

"Yang kita kawal saat ini adalah bagaimana traumatik dari para siswa dan guru. Itu yang harus sama-sama kita jaga. Makanya Polda Metro Jaya menyiapkan posko pelayanan dan ada tim trauma healing," ujar Budi.

Ledakan yang terjadi di Masjid SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jumat (7/11/2025) siang, diduga terjadi saat kegiatan salat Jumat tengah berlangsung.

Beberapa saksi menyebut ada orang tak dikenal yang mencurigakan masuk ke dalam masjid sebelum ledakan terjadi.

Berdasarkan keterangan Farel, siswa kelas XI SMAN 72 Jakarta, suara ledakan terdengar tepat ketika khatib sedang menyampaikan ceramah.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved