Kisah Inspiratif Taufik Faturohman Dosen ITB Penyandang Low Vision, Perbolehkan Mahasiswa Menyela

Kisah inspiratif dari sosok penyandang low vision, Taufik Faturohman, yang dibagikan dalam Create Your Own Path to Success.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Giri
Tribun Jabar/Putri Puspita
KISAH INSPIRATIF - Taufik Faturohman yang merupakan dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) saat berbagi kisah inspiratif. Taufik merupakan sosok tunanetra. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kisah inspiratif dari sosok penyandang low vision, Taufik Faturohman, yang dibagikan dalam Create Your Own Path to Success, Inspirational Talk World Sight Day 2025. Taufik merupakan dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB).

Low vision adalah gangguan penglihatan permanen yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, atau operasi. 

Dalam acara tersebut, Taufik berbagi pengalaman menghadapi tantangan di ruang kuliah, sambil menegaskan pentingnya empati dan kolaborasi dalam dunia akademik.

Taufik merupakan penyadang disabilitas netra yang membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk memberi terang di dunia akademik.

Bagi Taufik, mengajar bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi berbagi semangat hidup. Ia tidak menerapkan aturan kaku di kelasnya.

Baca juga: Aula Barat dan Aula Timur ITB Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional, Punya Nilai Sejarah Besar

“Saya tidak punya aturan khusus di kelas. Mahasiswa boleh menyela atau bertanya kapan saja. Jangan cuma angkat tangan, karena saya tidak akan lihat,” ujar Taufik secara virtual, Sabtu (11/10/2025).

Dalam setiap perkuliahan, Taufik mengandalkan hafalan dan intuisi dengan menyiapkan PowerPoint sendiri. Tetapi, dia sering kali harus menghafal setiap poin karena tidak bisa membaca langsung dari layar.

“Dulu saya tidak suka menghafal, tapi sekarang mau tidak mau harus,” katanya.

Meski begitu, Taufik tetap menjalani setiap tantangan dengan humor. Ia menceritakan pengalaman ketika salah menampilkan slide saat sesi presentasi riset di luar negeri.

“Saya baru sadar saya ada di slide yang salah, teman-teman diam saja. Saya bilang, nanti tolong kasih tahu ya kalau saya ngomongnya beda sama slide-nya,” ucapnya.

Taufik mengatakan, meskipun demikian, ia memiliki ketakutan yaitu menurunkan kondisi ini kepada anak-anaknya.

Dalam keterbatasan penglihatan, ia tetap aktif menjalankan tiga tugas utama dosen, pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Baca juga: Tangkuban Parahu: The Legend and the Beauty, Lukisan SBY yang Dihadirahkan ke ITB Selain Buku

“Saya tidak ingin diperlakukan berbeda. Target dan KPI saya sama seperti dosen lainnya,” kata Taufik.

Taufik mengatakan, dukungan dari keluarga, rekan kerja, hingga mahasiswa menjadi sumber kekuatannya. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved