BGN Evaluasi Keterlibatan Mahasiswa di SPPG Cipongkor Bandung, Tegaskan Pentingnya Profesionalisme

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya, menegaskan pentingnya kehadiran tenaga ahli gizi profesional dalam setiap SPPG di Indonesia.

Penulis: Nappisah | Editor: Giri
tribunjabar.id / Nappisah
BERI KETERANGAN - Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya, memberi keterangan kepada wartawan seusai menghadiri kegiatan Workshop Food Safety dan Tata Kelola Dapur MBG di Hotel Holiday Inn, Bandung, Sabtu (4/10/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya, menegaskan pentingnya kehadiran tenaga ahli gizi profesional dalam setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan menyusul temuan adanya tenaga ahli gizi yang masih berstatus mahasiswa di satu SPPG di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Menurut Sony, secara ketentuan, posisi ahli gizi dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang disyaratkan minimal berpendidikan sarjana gizi. 

“Namun dengan adanya beberapa daerah yang kekurangan, kami berkomunikasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan untuk nanti mengambil utusan dari bidang pendidikan mana saja yang nanti akan bisa dilibatkan sebagai ahli gizi pada SPPG,” ujar Sony, di Holiday Inn, Bandung, Sabtu (4/10/2025).

Ia menambahkan, pembahasan lintas kementerian tersebut diharapkan dapat segera menghasilkan pedoman baru yang lebih adaptif terhadap kondisi di lapangan.

Baca juga: Bupati Pangandaran Turunkan Satgas Evaluasi MBG Buntut Insiden Keracunan Siswa

“Mudah-mudahan secepatnya ini akan segera diinformasikan,” ucap dia.

Terkait dengan penutupan sementara satu SPPG yang disegel akibat dugaan pelanggaran prosedur, Sony menjelaskan, BGN saat ini tengah menunggu hasil investigasi menyeluruh. 

Proses tersebut melibatkan uji laboratorium terhadap kandungan makanan, serta pemeriksaan internal oleh Deputi Pemantauan dan Pengawasan BGN.

“Menunggu hasil investigasi, satu laporan hasil laboratorium ya, kandungan apa yang ada di dalam makanan tersebut. Kemudian kami juga secara internal melakukan investigasi oleh Deputi Pemantauan dan Pengawasan, fasilitasnya bagaimana,” tuturnya.

Sony mencontohkan, sebelumnya sempat beredar video viral tentang proses pencucian wadah makanan atau ompreng di area yang tidak layak di SPPG di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

“Langsung dihentikan, langsung dilakukan perbaikan,” ujarnya.

Dia menegaskan, setiap kejadian seperti itu harus menjadi momentum bagi seluruh pengelola dan mitra SPPG di Indonesia untuk melakukan introspeksi dan pembenahan fasilitas maupun sumber daya manusia yang dimiliki.

Baca juga: Penyaluran MBG Tak Lagi Sederhana, Camat Hingga RW Dilibatkan Pengawasan untuk Cegah Keracunan

“Ini mendorong seluruh SPPG, seluruh mitra yang memilih SPPG untuk tidak merasa sudah aman-aman saja. Introspeksi, fasilitas Anda seperti apa? Apabila kurang, tingkatkan. Daripada nanti dihentikan,” ujarnya.

Sony juga menyoroti pentingnya peningkatan sarana dan prasarana pendukung, seperti instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan sirkulasi udara di dapur produksi.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved