Banyak Kasus Keracunan, Fortusis Jabar Desak Pemerintah Berikan Uang ke Orangtua untuk Program MBG

Fortusis Jawa Barat mendesak pemerintah memberikan uang kepada orangtua daripada disediakan makanan di sekolah dalam Program MBG.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Giri
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
SANTAP MBG - Sejumlah pelajar menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) saat launching program MBG di Perguruan Muhammadiyah Antapani, Jalan Kadipaten Raya, Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (25/8/2025). Forum Orangtua Siswa (Fortusis) Jawa Barat mendesak pemerintah memberikan uang kepada orangtua daripada disediakan makanan di sekolah dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Forum Orangtua Siswa (Fortusis) Jawa Barat mendesak pemerintah memberikan uang kepada orangtua daripada disediakan makanan di sekolah dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Penyebabnya, saat ini ramai peristiwa keracunan massal di sejumlah daerah, termasuk di Jabar dan terbaru di Cipongkor, Bandung Barat.

Ketua Fortusis Jabar, Dwi Subawanto, menyampaikan, Program MBG pada prinsipnya bagus untuk diterapkan di negara yang kemiskinannya tinggi. Namun, harus benar tim ahli gizi yang memasaknya, semisal sewaktu uji coba yang dilakukan oleh TNI saat itu dan berhasil.

Tapi, ketika diserahkan ke masyarakat, akhirnya justru yang ada euforia.

Lebih lanjut, nuansa proyeknya lebih dominan dan berpikirnya mencari keuntungan melalui spek-spek yang ditentukan dalam hal jenis makanannya.

Baca juga: Jadi Penerima Manfaat Terbesar MBG, Mendikdasmen Dorong Evaluasi Usai Siswa Alami Keracunan Massal

"Setiap daerah tentu berbeda-beda, jangan disamaratakan. Misal biasanya di daerah itu memakai beras apa, sehingga saat dimasak pagi hari sampai siangnya itu nasinya tak berubah rasa atau basi. Jadi, jika ada gagasan diganti saja dengan uang itu lebih bagus, kami mendukung," kata Dwi saat dihubungi, Selasa (23/9/2025).

Ketika orangtua menerima uangnya, kata Dwi, mereka akan dapat menentukan speknya sesuai kesukaan anaknya, termasuk pemilihan pengolahan dagingnya, seperti direbus, digoreng, atau lainnya tergantung selera. 

Baca juga: 301 Siswa Dirawat, Polisi Segera Selidiki Penyebab Keracunan MBG di Bandung Barat

"Intinya, kami lebih senang orangtua diberikan uangnya. Artinya, yang masak itu orangtuanya sendiri. Sebab, orangtua tahu selera lidah anaknya. Orangtua bisa masak pagi hari, dan si anak pukul 07.00 WIB sudah di sekolah, tapi orangtua belum selesai masak, maka nanti makanan itu bisa diantarkan sewaktu jam istirahat," ucap dia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved