Workshop di SMP GagasCeria Bandung Hadirkan Profesional Jepang: Coding dan Matematika Berbasis ICT

50 peserta hadir dalam STEM Workshop for Secondary Teachers with Professional Teacher from Japan di GagasCeria Bandung.

tribunjabar.id / Muhamad Syarif Abdussalam
50 peserta hadir dalam STEM Workshop for Secondary Teachers with Professional Teacher from Japan, sebuah agenda kolaboratif yang digelar dalam rangkaian The 4th Asian Practice Exchange bertajuk “Through Lesson Study for Learning Community.” di SMP GagasCeria, Sabtu (30/8/2025). 

Ia menambahkan bahwa peserta yang hadir berasal dari sejumlah sekolah, termasuk SMP GagasCeria sendiri, Mitra Alfa Centauri, sampai SMP Negeri 2. Selain itu, pengawas dari Dinas Pendidikan Kota Bandung, perwakilan CELLS UPI, hingga sejumlah praktisi pendidikan juga turut ambil bagian.

Untuk Guru SD dan SMP

Menariknya, workshop ini tidak hanya ditujukan untuk guru SMP, tetapi juga SD. Menurut Fisianty, hal itu penting mengingat implementasi coding di Indonesia belum seragam.

“Jadi, sebetulnya kita membuka untuk guru SMP dan SD. Jadi, ada dua jenjang itu. Karena kan untuk coding kan kadang belum tentu diajarkan di SD, kalau di GagasCeria itu dimulai dari SD. Tapi kan banyak yang mulainya justru di SMP,” ungkapnya.

Pengalaman Jepang dalam mengajarkan coding sejak dini menjadi bahan pembelajaran penting bagi para guru di Indonesia.

“Kalau di mereka, sepengetahuan saya, mereka mempunyai 6-10 jam pelajaran sepanjang mereka SD, sebetulnya untuk memberikan pengalaman pada anak. Jadi, codingnya sudah dari SD,” jelas Fisianty.

Selain membahas coding dan robotik, yang lebih ditekankan adalah bagaimana matematika disusun secara sistematis untuk membentuk pola pikir logis siswa.

“Yang menariknya adalah bagaimana pelajaran matematikanya betul-betul terstruktur membangun kemampuan itu. Jadi, codingnya mungkin jamnya sedikit, pengalaman dengan robotiknya sedikit, tapi proses untuk membangunnya itu yang panjang,” kata Fisianty.

Lebih lanjut, Fisianty menyebut bahwa pencapaian Jepang di ajang internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment) bisa menjadi cermin bagi Indonesia. 

“Kita mencoba melihat, kan Jepang itu kalau di PISA sudah cukup tinggi, berapa kali mereka sempat nomor satu. Tapi kalau sekarang kan, Singapura kalau nggak salah. Dan itu kan pengalaman panjang ya di mereka. Nah, itu yang kita belajar sebetulnya,” pungkasnya.

Melalui workshop ini, penyelenggara berharap para guru tidak hanya memahami konsep STEM, tetapi juga mampu menyusun rancangan pembelajaran berbasis STEM untuk SMP, sekaligus menjalin kolaborasi berkelanjutan dengan para narasumber internasional.

Dengan pengalaman langsung bersama pakar Jepang, diharapkan praktik mengajar guru di Indonesia semakin kaya inovasi dan mampu menyiapkan generasi muda yang kompeten menghadapi tantangan abad 21.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved