Tren Olahraga Naik, Fasilitas Fisioterapi di Paskal Bandung Jawab Kebutuhan Masyarakat

Hadirnya Care Physio, yang mengusung konsep one-stop integrated physiotherapy untuk anak, dewasa, lansia hingga layanan kebugaran. 

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
tribunjabar.id / Nappisah
Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Kota Bandung, Rosy Armelia sebut kebutuhan fisioterapi belum seimbang, saat ditemui di Ruko Paskal Hyper Square Blok C09, Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kebutuhan layanan fisioterapi di Kota Bandung belum seimbang, seiring meningkatnya tren olahraga dan gaya hidup sehat, kasus cedera dan gangguan gerak justru ikut bertambah.

Guna menjawab kebutuhan tersebut, Care Physio pusat layanan fisioterapi yang berfokus pada pemulihan fungsi, peningkatan kualitas hidup, serta optimalisasi performa gerak manusia hadir di Ruko Paskal Hyper Square Blok C09, Kota Bandung

Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Kota Bandung, Rosy Armelia, menyebut, di Kota Bandung ada sekitar 600 fisioterapis. 

Kendati demikian, jumlah tersebut dinilai belum meng-cover kebutuhan layanan masyarakat. 

Terlebih, meningkatnya tren olahraga seperti lari, bersepeda, hingga padel, Rosy menyebut kasus cedera justru semakin sering ditemui.

Ia menilai, banyak orang ikut tren tanpa terlebih dulu mengenali kondisi tubuhnya.

“Banyak yang sebelumnya jarang olahraga, tiba-tiba padel, tiba-tiba marathon. Badan belum siap, akhirnya cedera, dan ujung-ujungnya mereka ke fisioterapi,” tuturnya, saat ditemui di kawasan Paskal, Jumat (21/11/2025). 

Dalam konteks itu, Rosy menuturkan, hadirnya Care Physio, yang mengusung konsep one-stop integrated physiotherapy untuk anak, dewasa, lansia hingga layanan kebugaran. 

Pelayanannya meliputi fisioterapi pediatri muskuloskeletal, terapi okupasi, terapi wicara, baby spa, baby gym therapy, brain therapy hingga psikotest.

Ia menyebut, salah satu keunggulan layanan tersebut adalah penggunaan metode Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS), yakni terapi latihan yang membantu tubuh kembali ke pola gerak alami, seperti tahapan perkembangan gerak bayi.

“Kita berharap masyarakat bisa dapat pelayanan yang lebih holistik, tidak hanya tubuh tapi juga pikiran. Karena healing itu bukan cuma soal otot atau tulang, tapi juga mind-nya,” kata Rosy.

Rosy menjelaskan, sebagian besar fisioterapis memang masih bekerja di rumah sakit.

Kondisi itu membuat layanan fisioterapi terbatas karena jumlah pasien yang tinggi tidak seimbang dengan jumlah tenaga fisioterapis yang tersedia.

Menurut dia, hal ini berdampak pada keterlambatan penanganan banyak kasus, terutama nyeri otot, tulang, persendian, dan saraf.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved