Khairunnisa Aulia Rahma: Mahasiswi ITB yang Kembangkan Drillytics, AI Pendeteksi Bahaya Pengeboran

Khairunnisa Aulia Rahma, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), menelurkan sebuah inovasi bernama Drillytics y

Editor: Siti Fatimah
Dok ITB
MAHASISWI ITB - Khairunnisa Aulia Rahma mahasiswa institut Teknologi Bandung (ITB) founder Drillytics, berhasil membawa startupnya menembus TOP 3 Pertamuda Seed and Scale 2025 dan subkategori Energy Optimization 

TRIBUN JABAR.ID, BANDUNG - Ketertarikan pada dunia eksplorasi energi membawa Khairunnisa Aulia Rahma, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), menelurkan sebuah inovasi bernama Drillytics yang kini mencuri perhatian industri pertambangan, platform analisis bahaya pengeboran berbasis AI. 

Dengan inovasi tersebut, Khairunnisa berhasil menembus TOP 3 Pertamuda Seed and Scale 2025 kategori Energy Founder sub kategori Energy Future, bersanding dengan dua startup lain Velaaris dari Universitas Indonesia dan NauticalNurture dari Universitas Airlangga.

Drillytics merupakan platform analisis bahaya pengeboran berbasis AI yang mampu mendeteksi, menginterpretasi, dan melaporkan anomali bawah permukaan secara cepat dan presisi.

Dengan fitur Built-in DWG Compatibility, platform ini dapat langsung membaca file Intermediate Geological Zone (IGZ) dan Intermediate Geological Profile (IGP) berformat DWG tanpa memerlukan konversi tambahan. 

Inovasi ini menjadi terobosan penting dalam dunia eksplorasi energi, khususnya pada aspek keselamatan dan efisiensi pengeboran.

Gagasan Drillytics lahir bukan dari ruang kelas, melainkan langsung dari pengalaman lapangan.

Khairunnisa bercerita benih ide ini tumbuh saat ia mengerjakan proyek bersama salah satu perusahaan oil and gas asal Indonesia yang kemudian berlanjut mengembangkan ide inovasi yang sukses ia bawa ke panggung puncak Pertamuda 2025 tersebut. 

“Perjuangan sangat panjang, bermula dari proyek saya bersama salah satu perusahaan oil and gas di Indonesia. Saya melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari disiplin keilmuan saya,” ungkap Khairunnisa. 

Melihat lambatnya proses analisis data bawah permukaan yang masih dilakukan manual, serta tingginya risiko human error, ia yakin bahwa teknologi AI dari Drillytics dapat memberi lompatan besar bagi sektor eksplorasi energi.

Keunggulan Drillytics tidak hanya pada kecepatannya, tetapi juga pada kemampuannya menghasilkan laporan yang konsisten dan mudah diinterpretasi.

Platform ini mendukung transformasi digital di sektor energi dengan menghadirkan otomatisasi penuh pada proses analisis geoteknik, sekaligus meningkatkan standar keselamatan kerja di lapangan.

“Drillytics kami kembangkan untuk menjawab kebutuhan industri energi terhadap sistem analisis bawah permukaan yang lebih cepat, terukur, dan berbasis data. Dengan mengintegrasikan AI dan format DWG secara langsung, kami memangkas waktu analisis dari hitungan jam menjadi menit,” jelas Khairunnisa

Inovasi yang dibawa Khairunnisa sudah menembus pasar Malaysia, Drillytics saat ini telah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan Oil dan Gas di negeri jiran tersebut.

Kerjasama tersebut berawal ketika ia sedang menjalani program magang di salah satu perusahaan AI di Indonesia yang kliennya adalah perusahaan oil and gas di Malaysia.

Dari situ Khairunnisa mendapat kesempatan menjadi konsultan AI untuk perusahaan tersebut hingga terbangun relasi dan bisa menjalin kerjasama. 

Inovasi ini menjadi terobosan penting dalam dunia eksplorasi energi, khususnya pada aspek keselamatan dan efisiensi pengeboran.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved