Riset Berdikari Polban Hasilkan Garam Industri Berkadar NaCl 98,3 Persen

Dosen sekaligus peneliti dari Politekni Negeri Bandung melakukan riset berdikari yakni garam industri

Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
nappisah
HASIL RISET - Ragam produk hasil dari riset berdikari Polban hasilkan garam industri berkadar NaCl 98,3 Persen. 

Meski demikian, Haryadi menilai bahwa keberhasilan tidak cukup hanya mengandalkan teknologi. 

Dukungan kebijakan dan pendampingan terhadap petani garam tradisional sangat diperlukan agar mereka mampu memproduksi garam dengan kualitas tinggi secara berkelanjutan.

“Masalah utamanya bukan karena mereka tidak bisa, tapi karena kebutuhan hidup sehari-hari. Petani garam tidak bisa menunggu terlalu lama untuk panen. Kalau ada dukungan pemerintah misalnya subsidi atau pembinaan mereka bisa mengikuti standar operasional dengan baik dan kualitas garamnya pasti meningkat,” ucap Haryadi.

Saat ini, harga garam rakyat hanya sekitar Rp1.200 per kilogram. Namun, jika kualitasnya ditingkatkan hingga mencapai kadar 97 persen NaCl, nilainya bisa melonjak hingga Rp4.000 per kilogram. 

“Jadi ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kesabaran, keberpihakan, dan regulasi yang mendukung,” tambahnya.

Dalam setiap tahap riset, Haryadi juga melibatkan mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Polban.

Sekitar lima mahasiswa ikut dalam tim riset ini, baik dalam proses uji laboratorium maupun penerapan di lapangan.

“Kami ingin mahasiswa belajar bahwa riset bukan sekadar teori, tapi solusi nyata bagi masyarakat. Garam terlihat sederhana, tapi dampaknya besar bagi ketahanan industri nasional,” kata Haryadi.

Pendekatan pembelajaran berbasis proyek seperti ini, lanjutnya, sejalan dengan karakter pendidikan Polban yang menekankan aspek praktis dan implementatif.

Haryadi menuturkan bahwa hasil riset ini bukan untuk dikomersialkan secara eksklusif, melainkan dapat digunakan secara terbuka.

Ia berharap teknologi tersebut bisa menjadi contoh bagaimana perguruan tinggi berkontribusi langsung terhadap persoalan strategis bangsa.

“Kami tawarkan teknologinya untuk digunakan oleh siapa pun, terutama pemerintah daerah atau koperasi. Kami dari kampus tidak bisa menyentuh regulasi, tapi kami bisa berkontribusi lewat inovasi,” ujarnya

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved