Tim PINTAR Diagnostics SITH ITB Rancang Inovasi Tes Cepat Hepatitis B berbasis CRISPR-Cas9

Tiga mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB merancang inovasi deteksi atau tes cepat virus Hepatitis B (HBV).

Dok Humas ITB untuk Tribun Jabar
TIMP INTAR- Tim PINTAR Diagnostics bersama Dosen Pembimbing ITB, Karlia Meitha (kedua kanan). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tiga mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB), Maria Audrey, Taliasari Aulia Fatiha, serta Muhammad Firdaus, merancang inovasi deteksi atau tes cepat virus Hepatitis B (HBV) berbasis CRISPR-Cas9.

Proyek yang dikembangkan tiga mahasiswa yang tergabung dalam Tim PINTAR Diagnostics tersebut menjadi inovasi untuk mengatasi keterbatasan sistem deteksi konvensional berbasis antibodi.

Ketua Tim PINTAR Diagnostics, Maria Audrey, mengatakan, jika rapid test Covid-19 mengenali antibodi maka sistem yang dirancangnya justru mengenali DNA virus menggunakan CRISPR.

Menurut Maria, laju mutasi HBV sangat tinggi, sehingga banyak alat uji berbasis antibodi yang gagal mendeteksi varian lokal, dan CRISPR menjadi solusi, karena target DNA-nya mudah disesuaikan tanpa perlu mengganti komponen lain.

"Berbeda dari kit diagnostik komersial yang banyak beredar, sistem berbasis CRISPR menawarkan fleksibilitas dan presisi tinggi," kata Maria Audrey dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/10/2025).

Ia mengatakan sistem Cas9-sgRNA mendeteksi melalui pengenalan sekuens DNA virus yang spesifik, sehingga mutasi pada protein virus tidak akan mengganggu proses identifikasi.

Baca juga: Apindo Dukung Langkah Dedi Mulyadi Soal Keadilan Pajak, Tak Ada Lagi Desa Miskin di Sekitar Industri

Pendekatan semacam itu memungkinkan pengembangan alat diagnostik yang lebih universal untuk berbagai varian virus Hepatitis B yang beredar di Indonesia.

Selain itu, pendekatan riset yang digunakan mencakup dua jalur, di antaranya, in silico (dry lab) untuk menganalisis desain single-guide RNA (sgRNA), komponen yang mengarahkan Cas9 ke target DNA virus, dan dilanjutkan in vitro (wet lab).

"Saat desain selesai, kami melanjutkan eksperimen in vitro untuk memproduksi sgRNA, membentuk kompleks Cas9-sgRNA, dan menguji interaksi kompleks tersebut dengan sekuens target HBV," kata Maria Audrey.

Ia menyampaikan, banyak tahapan di wet lab yang harus diulang, karena hasil awal tidak sesuai ekspektasi, tetapi proses itu justru melatih kami berpikir kritis dan sabar dalam troubleshooting.

Dalam riset berjudul Produksi Amplikon Target Terbiotinilasi dan Karakterisasi Kompleks CRISPR Cas9-sgRNA untuk Pengembangan Diagnostik Lateral Flow Assay Virus Hepatitis B itu, Tim PINTAR Diagnostics juga belajar untuk memanfaatkan setiap data sekecil apa pun untuk menjelaskan fenomena yang diamati.

"Perjalanan riset ini dimulai dari Student Research Program (SRP) 2024, program inkubasi riset mahasiswa ITB di bawah naungan Ganesha Student innovation Center (GSIC) Keluarga Mahasiswa (KM) ITB yang menjadi wadah pelatihan sebelum ajang PKM nasional," ujar Maria Audrey.

Melalui program itu, Tim PINTAR Diagnostics berkesempatan mematangkan ide, menyusun metodologi, hingga memvalidasi awal sebelum mengajukan proposal ke Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikbudsaintek) RI.

Baca juga: Klub dengan Jumlah Penonton Terbanyak di Super League, Persib Masih Kalah dari 2 Bebuyutan

Bahkan, Tim PINTAR Diagnostics pun berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) 2025 Direktorat Belmawa Kemendiktisaintek RI.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved