Berita Viral

Sosok Guru Tampar Siswa di Subang hingga Diamuk Orang Tua, Ungkap Pengakuan

Inilah sosok guru yang menampar siswa di Subang hingga viral diamuk orang tua, ungkap pengakuan saat ditemui Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

|
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Instagram @mangdans_/@dedimulyadi71
GURU TAMPAR SISWA: Tangkapan layar foto guru diamuk orang tua siswa karena menampar anaknya di Subang (kiri) dan foto saat Dedi Mulyadi menemui sang guru yang diamuk orang tua siswa karena penamparan. - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi gerak cepat respons kasus penamparan siswa oleh guru hingga diamuk orang tua siswa di Subang. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah sosok guru yang menampar siswa di Subang, ungkap pengakuan ke Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Sosok guru di Subang ini mendadak viral di media sosial setelah digeruduk orang tua siswa yang ditamparnya.

Orang tua siswa yang bernama Deni Rukmana (38) protes dan langsung menemui sang guru di sekolah.

Deni Rukmana tak terima anaknya berinisial ZR mendapatkan kekerasan ditampar guru tersebut.

Video saat Deni orang tua siswa itu mengamuk dibagikan akun Instagram pribadi Deni, @mangdans_ hingga viral di media sosial.

Baca juga: Dedi Mulyadi Respons Kasus Guru di Subang yang Viral Diamuk Orang Tua karena Tampar Anaknya

Tak lama setelah viral, belakangan guru yang menampar siswa di Subang hingga diamuk orang tua itu langsung ditemui Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Diketahui sosok guru yang menampar siswa itu berama Rana Saputra.

Rana Saputra mengajar sebagai guru mata pelajaran IPS di SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang.

Saat kejadian, Rana Saputra bermaksud menegakkan displin kepada siswa berinisial ZR dan beberapa siswa lainnya karena pelanggaran.

Pengakuan Sang Guru

Saat ditemui Dedi Mulyadi, Rana Saputra mengakui perbuatannya telah menampar siswa berinisial ZR tersebut.

Namun, Rana menjelaskan motif melakukan tindakan tersebut dengan menyinggung beberapa pelanggaran ZR.

“Dia (siswa ZR) pelanggarannya merokok, kemudian berkelahi, menganggu kelas yang lain, dan terakhir loncat dari pagar,” ujar sang guru, Rana Saputra, dikutip Tribunjabar.id, Rabu (5/11/2025).

Dedi Mulyadi Sampaikan Pesan

Di hadapan sang guru, Dedi Mulyadi menyampaikan pesan soal tugas guru dan tugas orang tua.

Ia menyebut bahwa sejatinya guru mendidik siswa di sekolah.

Begitu juga dengan tugas orang tua yang mendidik anaknya di rumah.

Menurut Gubernur Jawa Barat itu, baik guru dan orang tua siswa memiliki peran dan tanggung jawab yang sama hanya berbeda tempat.

Oleh karena itu, menurut Dedi, guru dan orang tua siswa pun harus bisa saling menghargai.

“Ketika di sekolah anak menjadi tanggung jawab guru, ketika di rumah tanggung jawab orang tua, jadi dua-duanya harus saling menghargai,”

“Kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru

“Kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi”

“Tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan,” ujar Dedi Mulyadi.

Baca juga: Demi Viral di Medsos, Remaja Cirebon Nekat Bikin Tawuran Settingan Bawa Sajam Sungguhan

Klarifikasi Orang Tua Siswa

Secara terpisah, orang tua siswa yang diduga menjadi korban kekerasan di SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, angkat bicara.

Deni Rukmana (38) ayah dari ZR membeberkan video kedatangannya ke sekolah hingga mengamuk sang guru awalnya untuk klarifikasi secara baik-baik.

Namun situasi sempat memanas karena sang guru merasa tidak terima atas pertanyaannya. 

‎“Awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja. Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” ujar Deni Rukmana (38), orang tua siswa berinisial ZR (16), saat ditemui wartawan di kediamannya, Rabu (5/11/2025) sore.

Duduk Perkara Guru Tampar Siswa di Subang

Pihak SMPN 2 Jalancagak, mengakui adanya kekeliruan dalam proses pendisiplinan, dan menyebut peristiwa itu berawal dari kesalahpahaman.
‎
‎

Wakasek Sarana dan Prasarana SMPN 2 Jalancagak, Yaumi Basuki, menjelaskan kronologi dan duduk perkara kasus guru menampar siswa tersebut.

Yaumi Basuki menjelaskan bahwa sang guru Rana Saputra awalnya berupaya menegakkan kedisiplinan karena ZR dan tujuh siswa lain diketahui meloncat pagar sekolah untuk bolos.
 
‎

"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi saat ditemui Tribunjabar.id di SMPN 2 Jalancagak, Rabu (5/11/2025).
‎
‎

Yaumi menegaskan, setelah kejadian, pihak sekolah langsung melakukan mediasi dengan guru, orang tua ZR, dan pihak sekolah pada Selasa (4/11/2025).
‎
‎"Kemarin sudah ada pertemuan, sudah saling memaafkan. Guru yang bersangkutan dan orang tua sudah saling menerima," katanya.
‎
‎

Namun, setelah mediasi dan dianggap selesai, pihak orang tua tetap memutuskan untuk mempublikasikan kejadian tersebut di media sosial.
‎
‎

"Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," ujar Yaumi.
‎
‎

Peristiwa pendisiplinan itu, kata Yaumi, terkait larangan meloncat pagar sekolah yang baru saja selesai dibangun.
‎
‎

"Pagar ini baru selesai dua minggu. Kami sudah wanti-wanti supaya dijaga. Tapi beberapa siswa masih loncat pagar, termasuk sih ZR dan teman-temannya," ucapnya.
‎
‎

Ia mengatakan, pihak sekolah khawatir pagar yang baru dibangun rusak kembali, mengingat sebelumnya bagian pagar sempat roboh karena ulah siswa dan cuaca.


‎
‎Yaumi menyebut ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.
‎
‎

"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," katanya.
‎
‎

Yaumi mengatakan bahwa, ZR sudah beberapa kali melakukan pelanggaran sejak kelas VII dan orang tua juga pernah dipanggil.

Soal penamparan tersebut, Yaumi mengakui cara dan tindakan sebagai bentuk penegakan disiplin tersebut keliru.
‎
‎

"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.
‎
‎

Kepala Sekolah SMPN 2 Jalancagak tidak berada di sekolah saat wartawan datang karena tengah memenuhi panggilan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk melakukan klarifikasi terkait insiden tersebut.

(Tribunjabar.id/Hilda Rubiah/Deanza Falevi)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved