Berita Viral

Dedi Mulyadi Respons Kasus Guru di Subang yang Viral Diamuk Orang Tua karena Tampar Anaknya

Kasus guru diamuk orang tua siswa karena menampar anaknya di Subang turut menyita perhatian Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi hingga sampaikan pesan.

|
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Instagram @mangdans_/@dedimulyadi71
GURU TAMPAR SISWA: Tangkapan layar foto guru diamuk orang tua siswa karena menampar anaknya di Subang (kiri) dan foto saat Dedi Mulyadi menemui sang guru yang diamuk orang tua siswa karena penamparan (kanan) diunggah Instagram @dedimulyadi71. - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi gerak cepat respons kasus penamparan siswa oleh guru hingga diamuk orang tua siswa di Subang. 

Selanjutnya, ia juga akan menemui orang tua siswa yang protes guna menemukan titik temu permasalahan dari kasus penamparan siswa tersebut.

Lebih lanjut, Dedi Mulyadi menyampaikan pesan soal tugas guru mendidik siswa.

Begitu juga dengan tugas orang tua yang mendidik anaknya.

“Ketika di sekolah anak menjadi tanggung jawab guru, ketika di rumah tanggung jawab orang tua, jadi dua-duanya harus saling menghargai,”

“Kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru

“Kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi”

“Tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan,” ujar Dedi Mulyadi.

Baca juga: Kisah Perjuangan Murid Kampung Citamiang Garut Sekolah Jalan Kaki 2 Jam Berangkat Subuh Lewati Hutan

Keterangan Sekolah

Diketahui peristiwa guru menampar siswanya hingga diprotes orang tuanya ini terjadi di SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Pihak sekolah mengakui adanya kekeliruan dalam proses pendisiplinan, dan menyebut peristiwa itu berawal dari kesalahpahaman.
‎
‎

Wakasek Sarana dan Prasarana SMPN 2 Jalancagak, Yaumi Basuki, mengatakan bahwa guru tersebut awalnya berupaya menegakkan kedisiplinan karena ZR dan tujuh siswa lain diketahui meloncat pagar sekolah untuk bolos.
 
‎"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi saat ditemui Tribunjabar.id di SMPN 2 Jalancagak, Rabu (5/11/2025).

‎Yaumi menegaskan, setelah kejadian, pihak sekolah langsung melakukan mediasi dengan guru, orang tua ZR, dan pihak sekolah pada Selasa (4/11/2025).

‎"Kemarin sudah ada pertemuan, sudah saling memaafkan. Guru yang bersangkutan dan orang tua sudah saling menerima," katanya.

‎Namun, setelah mediasi dan dianggap selesai, pihak orang tua tetap memutuskan untuk mempublikasikan kejadian tersebut di media sosial.

‎"Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," Yaumi.

‎Peristiwa pendisiplinan itu, kata Yaumi, terkait larangan meloncat pagar sekolah yang baru saja selesai dibangun.

‎"Pagar ini baru selesai dua minggu. Kami sudah wanti-wanti supaya dijaga. Tapi beberapa siswa masih loncat pagar, termasuk sih ZR dan teman-temannta," ucapnya.

‎Ia mengatakan, pihak sekolah khawatir pagar yang baru dibangun rusak kembali, mengingat sebelumnya bagian pagar sempat roboh karena ulah siswa dan cuaca.

‎Yaumi menyebut ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.

‎"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," katanya.

‎Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.

‎"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.

‎Sebelumnya, ZR disebut oleh Yaumi sudah beberapa kali melakukan pelanggaran sejak kelas VII dan orang tua juga pernah dipanggil.

(Tribunjabar.id/Hilda Rubiah/Deanza Falevi)
 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved