"Ingin Klarifikasi Baik-Baik": Orangtua Siswa Korban Penamparan di SMPN 2 Jalancagak Angkat Bicara

Ia menegaskan kedatangannya ke sekolah hanya untuk mengklarifikasi secara baik-baik, namun situasi sempat memanas.

|
tribunjabar.id / Deanza Falevi
Orang tua siswa berinisial ZR (16), Deni Rukmana, memberikan klarifikasi kepada awak media terkait insiden penamparan siswa di SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Rabu (5/11/2025). 

‎Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Deanza Falevi

‎TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Orang tua siswa yang diduga menjadi korban kekerasan di SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, angkat bicara soal insiden penamparan yang viral di media sosial.

‎Ia menegaskan kedatangannya ke sekolah hanya untuk mengklarifikasi secara baik-baik, namun situasi sempat memanas karena sang guru merasa tidak terima atas pertanyaannya.

‎“Awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja. Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” ujar Deni Rukmana (38), orang tua siswa berinisial ZR (16), saat ditemui wartawan di kediamannya, Rabu (5/11/2025) sore.

‎Diketahui, kasus ini bermula dari tindakan disiplin terhadap ZR dan tujuh siswa lain yang diduga melompat pagar sekolah untuk membolos saat jam pelajaran pada Rabu (29/10) lalu.

‎Seusai upacara bendera hari Senin (3/11), para siswa diberi sanksi tindakan fisik dengan tamparan langsung oleh guru IPS bernama Rana Saputra.

‎Pihak sekolah mengakui adanya penamparan tersebut. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarpras SMPN 2 Jalancagak, Yaumi Basuki, menyebut tindakan guru dipicu karena para siswa berulang kali melakukan pelanggaran yang sama.

‎"Kami membenarkan bahwa ada penamparan. Memang sebelumnya para siswa ini sudah beberapa kali diberi pembinaan."

‎"Kemarin itu bentuk pendisiplinan yang ternyata berlebihan. Saat orang tua datang, kami langsung lakukan mediasi dan kedua pihak saling meminta maaf. Permasalahan sudah diselesaikan," kata Yaumi.

‎Deni membenarkan adanya mediasi tersebut, namun menyayangkan karena tidak ada kesepakatan tertulis.

‎“Mediasinya berjalan dan kami saling memaafkan. Tapi memang tidak dibuat hitam di atas putih," ujarnya.

‎Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Jalancagak tidak berada di sekolah saat wartawan datang karena tengah memenuhi panggilan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk melakukan klarifikasi terkait insiden tersebut.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved