Polres Pangandaran Selidiki Insiden 8 Siswa Jatuh ke Sungai dari Jembatan Gantung

Polres Pangandaran Polda Jabar mulai tangani insiden di jembatan gantung yang menyebabkan 8 siswa SMP tercebur ke sungai.

Penulis: Padna | Editor: Kemal Setia Permana
istimewa
OLAH TKP - Seorang petugas dari Polres Pangandaran sedang melakukan olah TKP di lokasi Jembatan Gantung di wilayah Dusun Nengklok Desa Pajaten, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, Senin 6 Oktober 2025. Di jembatan ini, sebanyak 8 siswa terjatuh ke sungai dan 4 di antaranya harus ditangani tim medis di Puskesmas Cikembulan. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Polres Pangandaran Polda Jabar mulai tangani insiden di jembatan gantung yang menyebabkan 8 siswa SMP tercebur ke sungai.

Peristiwa ini terjadi di jembatan gantung di Dusun Nengklok, Desa Pajaten, Kecamatan Sidamulih, Sabtu (4/10/2025) sekitar pukul 08.30.

Sebanyak 8 siswa terjatuh ke sungai dan 4 di antaranya harus ditangani tim medis di Puskesmas Cikembulan.

Kini 4 siswa tersebut sudah dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang.

Plt Humas Polres Pangandaran, Aiptu Yusdiana, mengatakan saat ini Sat Reskrim Polres Pangandaran sedang menangani peristiwa tersebut.

"Sejak hari kejadian juga, kita bersama stakeholder terkait sudah mendatangi lokasi TKP. Termasuk, mengecek kondisi korban di Puskesmas Cikembulan," ujar Yusdiana kepada Tribun Jabar di ruangan kantornya, Senin (6/10/3025).

Baca juga: Kasus Influenza Pada Anak Meningkat, Dokter Jelaskan Perbedaan dengan Bapil Biasa

Pihaknya melakukan identifikasi dengan olah TKP di lokasi jembatan gantung di Dusun Nengklok Desa Pajaten.

Sementara Sekertaris Desa Pajaten, Dede Heryadi, menceritakan awal pembangunan jembatan gantung yang menyebabkan sejumlah siswa terjatuh akibat pagar jembatan yang rusak.

Sebelum dibangun pihak pengembang, pemerintah Desa kedatangan orang yang menawarkan program dari perusahaan BUMN berupa jembatan gantung.

"Kebetulan di desa kita sangat memerlukan, akhirnya kita menerima penawaran program tersebut," kata Dede.

Sebelum ada jembatan, menurutnya memang banyak warga yang memutar akses jalan untuk aktivitas seperti pertanian dan pendidikan.

"Dulu biasanya akses jalan ke wilayah Cikembulan dan Pajaten. Memang cukup jauh, ada sekitar 2 sampai 3 kilometer," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved