Perangko Peringatan 75 Tahun RI-Vatikan Resmi Dirilis di Museum Vatikan
Perangko edisi khusus yang dibuat untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Takhta Suci Vatikan diluncurkan.
Diplomasi Takhta Suci, lanjutnya, berfokus pada penerjemahan harapan menjadi “tindakan diplomatik” dan tentang pentingnya “menjadi tetangga” untuk melayani kebaikan bersama. Karena itu, Mgr Gallagher merasa bangga meskipun di Indonesia umat Kristiani sedikit tetapi bergerak aktif di bidang pendidikan dan kesehatan, serta kesejahteraan sosial.
Indonesia, kata Mgr Gallagher, bisa menjadi mitra dalam mewujudkan tujuan bersama-- perdamaian, kerukunan, keadilan sosial, antara lain.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila selaras dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Takhta Suci: kemanusiaan, keadilan sosial, hak-hak asasi manusia, persatuan, saling menghormati dan toleransi.
Ketika berbicara tentang Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Mgr Gallagher mengacu pada apa yang dikatakan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia, 2024. Ketika itu, Paus mengatakan, "... kerukunan dalam keberagaman menuntut setiap orang untuk merangkul semangat persaudaraan dalam mengupayakan kebaikan bersama."
“Keseimbangan yang bijaksana dan peka ini, antara keragaman budaya dan visi ideologis yang berbeda, serta cita-cita yang mempererat persatuan, harus terus dipertahankan dari ketidakseimbangan,” kata Paus Fransiskus ketika itu.
Karya seni seperti itu, tambahnya, melibatkan seluruh rakyat Indonesia dan mengajak mereka untuk berjuang menuju kerukunan, kesetaraan, penghormatan terhadap hak asasi manusia, pembangunan berkelanjutan, dan upaya perdamaian.
Sementara itu, Dubes RI untuk Takhta Suci, Trias Kuncahyono, menyampaikan apresiasi atas pengakuan Takhta Suci terhadap kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 dan atas terjalinnya hubungan diplomatik sejak saat itu. Ia juga berterima kasih atas diterbitkannya perangko baru yang menandai 75 tahun hubungan kedua negara.
"Hal itu menegaskan eratnya hubungan kedua negara," katanya dilansir siaran pers KBRI Takhta Suci.
Kata Dubes Trias, perangko tidak hanya sebagai alat bayar dalam surat menyurat, tetapi juga penanda sejarah. Dalam konteks perangko baru ini adalah sejarah hubungan dua negara yang memiliki misi yang sama menciptakan perdamaian dunia berlandaskan nilai-nilai kemanusian dan keadilan sosial.
Perangko, lanjutnya, juga dapat berfungsi sebagai media visual untuk nilai-nilai keberagaman, kedaulatan, dan identitas nasional. Selain untuk keperluan pos, perangko juga dapat berfungsi sebagai alat diplomatik atau mempromosikan suatu negara di kancah internasional.
"Perangko, juga bagian dari identitas, bagian dari second track diplomacy," kata Dubes Trias.
Sekjen Kegubernuran Vatikan, Mgr Emilio Nappa, yang menaruh kekaguman pada Pancasila beserta prinsip “Bhinneka Tunggal Ika”, menyebut perangko sebagai wujud budaya bernilai tinggi. Ia menilai Pancasila, dengan menekankan prinsip-prinsip "Bhinneka Tunggal Ika", sebagai model bagi kerukunan antarumat beragama dan persatuan bangsa.
Menurut Mgr Nappa, Pancasila selaras dengan nilai-nilai Kristiani seperti persaudaraan dan dipandangnya sebagai jalan untuk membangun masyarakat yang damai dan adil.
| "Penting untuk Masa Depan!" Kata-Kata Paus Leo XIV Bikin Pastor Indonesia Ini 'Terbang ke Langit' |
|
|---|
| 75 Tahun Hubungan Diplomatik RI-Takhta Suci Dirayakan dengan Misa Perdana di Basilika St. Petrus |
|
|---|
| Paus Leo XIV Puji Toleransi Indonesia, Sebut Hubungan Terjalin Sejak Kemerdekaan |
|
|---|
| Wajah Jokowi Terlihat Berbeda Lebih Pucat dan Berbintik, Presiden ke- 7 Ini Beri Penjelasan |
|
|---|
| Kaum Muda Katolik Harus Implementasikan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Ini Tujuannya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Jumat-1411-meluncurkan-perangko-baru-Perangko.jpg)