75 Tahun Hubungan Diplomatik RI-Takhta Suci Dirayakan dengan Misa Perdana di Basilika St. Petrus
Kardinal Parolin menyampaikan pujian mendalam terhadap Indonesia, khususnya ideologi Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Penulis: ravi tribun | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, VATIKAN - Vatikan mencatat sejarah baru! Peringatan 75 tahun Hubungan Diplomatik antara Republik Indonesia dan Takhta Suci ditandai dengan Misa Syukur yang untuk pertama kalinya digelar di Basilika St. Petrus, Vatikan, pada Selasa (30/9) petang.
Misa bersejarah ini dipimpin oleh Kardinal Pietro Parolin, Secretary of State Holy See of His Holiness, sebagai konselebran utama bersama 50 imam, dan dihadiri lebih dari 300 orang, termasuk korps diplomatik serta warga negara Indonesia.
Kardinal Parolin: Pancasila dan Katolik Indonesia Sangat Dekat dengan Ajaran Kristianitas
Dalam khotbahnya, Kardinal Parolin menyampaikan kekaguman dan pujian mendalam terhadap Indonesia.
Pujian untuk Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika: Ia menegaskan bahwa ideologi dan semboyan Indonesia tersebut sangat dekat dengan prinsip-prinsip Kristianitas, mencakup kebaikan hati, kesejahteraan umum, solidaritas, hak asasi manusia, dan persaudaraan universal.
Kebanggaan pada Komunitas Katolik: Kardinal Parolin menyatakan bangga terhadap komunitas Katolik di Indonesia yang dinilai "betul-betul Katolik dan betul-betul setia dengan Negara Indonesia."

Dukungan Sejak Kemerdekaan: Ia menggarisbawahi bahwa dorongan untuk menjalin hubungan diplomatik pada 13 Maret 1950 didasari oleh kekaguman Takhta Suci terhadap Indonesia sebagai bangsa besar yang merdeka pada 1945.
Indonesia Contoh Kerukunan Antaragama: Mengutip Paus Fransiskus, Parolin menyebut Indonesia sebagai contoh keberhasilan dalam membangun hubungan antaragama.
Takhta Suci, Negara Eropa Pertama yang Akui Kemerdekaan RI
Duta Besar LBBP RI untuk Takhta Suci, Mikhael Trias Kuncahyono, menyampaikan terima kasih atas peran bersejarah Takhta Suci, yang merupakan negara pertama di Eropa yang mengakui Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 atau 2 tahun setelah Indonesia merdeka.
Diplomasi Moral: Dubes Trias menekankan pentingnya posisi Takhta Suci yang menjalankan diplomasi kepausan berdasarkan prinsip moral dan kemanusiaan, kontras dengan praktik diplomasi global yang sering meninggalkan moral demi national interest.
Kesamaan Sikap Global: Indonesia dan Takhta Suci memiliki kesamaan pandangan yang kuat pada isu-isu internasional, seperti:
Mendukung two-state solution sebagai penyelesaian yang adil dan masuk akal untuk konflik Israel-Palestina.
Mendorong jalan damai untuk mengakhiri perang Ukraina-Rusia.
Terus mempromosikan interfaith dialogue dan pelestarian lingkungan hidup.
Paus Leo XIV Puji Toleransi Indonesia, Sebut Hubungan Terjalin Sejak Kemerdekaan |
![]() |
---|
Ratusan Umat PGAK Santa Odilia Jalani Misa Perdana di Padepokan Pencak Silat Arcamanik |
![]() |
---|
Wajah Jokowi Terlihat Berbeda Lebih Pucat dan Berbintik, Presiden ke- 7 Ini Beri Penjelasan |
![]() |
---|
Kaum Muda Katolik Harus Implementasikan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Ini Tujuannya |
![]() |
---|
Sosok Robert Francis Prevost Paus Terpilih Asal Amerika Serikat, Dikenal "Soft Spoken" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.