Perangko Peringatan 75 Tahun RI-Vatikan Resmi Dirilis di Museum Vatikan

Perangko edisi khusus yang dibuat untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Takhta Suci Vatikan diluncurkan.

|
KBRI Takhta Suci
Di Museum Vatikan, Secretary for Relations with States and International Organizations (Menlu) Mgr Paul Richard Gallagher dan Secretary General of the Governorate of Vatican City State Mgr Emilio Nappa, bersama Dubes RI untuk Takhta Suci Michael Trias Kuncahyono, Jumat (14/11) meluncurkan perangko baru. Perangko baru ini menjadi penanda ulang tahun ke-75 Hubungan Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci. 

Ringkasan Berita:
  • Peluncuran perangko edisi khusus di Museum Vatikan menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Takhta Suci. 
  • Perangko tersebut menampilkan simbol kedua negara, ilustrasi merpati, serta pesan persatuan dan kemanusiaan yang menjadi visi bersama. 
  • Dalam acara itu, sejumlah tokoh Vatikan dan Indonesia menegaskan pentingnya nilai perdamaian, dialog, serta keselarasan antara Pancasila dan nilai-nilai yang dijunjung Takhta Suci.

 

TRIBUNJABAR.ID, VATIKAN – Perangko edisi khusus yang dibuat untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Takhta Suci Vatikan diluncurkan di ruang pamer Museum Vatikan, Jumat (14/11/2025).

Perangko ini diluncurkan oleh Secretary for Relations with States and International Organizations (Menlu) Mgr Paul Richard Gallagher dan Secretary General of the Governorate of Vatican City State Mgr Emilio Nappa, berdampingan dengan Dubes RI untuk Takhta Suci Michael Trias Kuncahyono 

Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah perwakilan asing, mulai dari duta besar Malaysia, Belanda, Rusia, Angola, Zimbabwe, Irlandia, Ghana, Maroko, hingga Serbia, termasuk Charge d'Affaires Haiti dan Panama.

Para romo dan suster asal Indonesia, para pejabat dari lingkungan Vatikan, perwakilan Museum Vatikan, serta Ketua dan anggota Denwas TVRI yang tengah berada di Roma juga tampak mengikuti kegiatan itu.

Perangko karya Patrizio Daniele tersebut menampilkan dua identitas negara: Lambang Takhta Suci dan Kota Vatikan di sisi kiri, dan Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Republik Indonesia di bagian kanan.

Simbol Takhta Suci itu menghadirkan dua kunci bersilang yang menggambarkan kewenangan spiritual Paus, bersama mahkota tiara tiga tingkat yang menggambarkan tiga peran kepausan (Imam Agung, Gembala Agung, dan Guru Agung), dengan salib emas yang diletakkan di puncak tiara sebagai representasi Yesus Kristus.

Di antara kedua simbol tersebut terpampang ilustrasi seekor burung merpati dengan sayap terbuka sebagai representasi perdamaian, sementara tepat di bawahnya tertulis angka 1950 – 2025 yang mencatat perjalanan 75 tahun relasi diplomatik kedua negara.

Dua lambang negara itu dihubungkan lewat pita merah putih sebagai warna bendera Indonesia dan pita kuning putih yang merupakan warna bendera Vatikan.

Peluncuran perangko baru yang menjadi penand
Peluncuran perangko baru yang menjadi penanda ulang tahun ke-75 Hubungan Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci, di Museum Vatikan, Jumat (14/11)

Menurut Dubes Trias Kuncahyono, visual pada perangko tersebut mencerminkan visi bersama kedua negara mengenai nilai keilahian, martabat manusia, semangat kebersatuan dalam keberagaman, serta keadilan sosial.

Pada bagian atas perangko terdapat tulisan “CITTA DEL VATICANO”, sedangkan di bawahnya tertulis “75 Relazioni Diplomatiche Santa Sede – Indonesia”. Nilai perangko ini ditetapkan sebesar 3,35 Euro.

Dalam sambutannya, Menlu Gallagher memaparkan latar belakang pengakuan Takhta Suci terhadap kemerdekaan Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa Takhta Suci mendukung hak suatu bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri (self-determination) sesuai dengan hukum internasional yang berlaku, untuk hidup, dan melanjutkan membangun kehidupan sebagai manusia yang bermartabat.

Mgr Gallagher juga menerangkan bahwa arah diplomasi Takhta Suci tidak berorientasi pada kepentingan ekonomi, kekuatan militer, maupun keamanan. Sebaliknya, diplomasi yang dijalankan bertumpu pada upaya mendorong perdamaian, pemajuan hak asasi manusia, serta kebebasan beragama melalui dialog dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Kata Gallagher, diplomasi Vatikan berakar pada sejarah dan puluhan tahun upaya membangun jembatan, dialog, kerendahan hati, dan kesabaran untuk mengatasi tantangan yang tampaknya tak teratasi. Diplomasi belas kasih ini memprioritaskan tindakan nyata demi kebaikan bersama.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved