Inovasi DKST ITB dan Nyampih Indonesi Berhasil Alihkan 84 Persen Sampah dari TPA

DKST ITB dan Nyampih Indonesia berhasil mengelola total 26,3 kilogram sampah, dengan 84 persen di antaranya berhasil dialihkan dari TPA.

@nyampihindonesia
OLAH SAMPAH - Salah satu kegiatan Nyampih Indonesia dalam mengolah sampah. Karin, CEO Nyampih Indonesia, mengatakan timnya menjalankan sistem pengelolaan sampah yang rapi dan terukur, mulai dari penyediaan fasilitas pemilahan, edukasi langsung kepada pengunjung, hingga proses pengangkutan akhir.  

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Open House ITB Innovation Park di kawasan Summarecon tahun 2025 tidak hanya memamerkan beragam inovasi teknologi dan karya terbaik sivitas akademika Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi Institut Teknologi Bandung (DKST) ITB.

Dalam kegiatan Innovibes 2 ini menunjukkan bagaimana praktik pengelolaan sampah berkelanjutan dapat diterapkan secara nyata dalam sebuah event kampus.

Berkolaborasi dengan Nyampih Indonesia, kegiatan ini berhasil mengelola total 26,3 kilogram sampah, dengan 84 persen di antaranya berhasil dialihkan dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 

Capaian ini sekaligus mendukung komitmen ITB menuju Zero Waste Campus, di mana pengelolaan limbah menjadi bagian penting dalam setiap kegiatan kampus.

Karin, CEO Nyampih Indonesia, mengatakan timnya menjalankan sistem pengelolaan sampah yang rapi dan terukur, mulai dari penyediaan fasilitas pemilahan, edukasi langsung kepada pengunjung, hingga proses pengangkutan akhir. 

Baca juga: Ratusan Ton Sampah di 14 TPS Kota Bandung Sudah Terangkut, Total Berat Sebanyak 250 Ton

“Enam titik strategis menjadi fokus pengelolaan, yakni area makan, panggung, toilet, serta akses masuk dan keluar,"

"Dari total 26,3 kilogram sampah, 20,65 kilogram berhasil diarahkan ke proses daur ulang dan pengomposan, sedangkan sisanya merupakan residu campuran,” kata Karin, Senin (24/11/2025).

Karin memaparkan sampah yang dihasilkan mencakup, organik dari sisa makanan dan kertas 11,5 kg, botol PET 1,5 kg, kemasan dan wadah plastik PP 4,4 kg, tutup botol HDPE 0,25 kg, wadah take away PP lembaran 1,3 kg, dan kemasan susu dan kopi multilayer 1,7 kg.

Karin menjelaskan sampah anorganik selanjutnya dikirim ke mitra daur ulang lokal, sementara sampah organik diolah menjadi kompos. 

Pendekatan ini tidak hanya menekan volume sampah yang berakhir di TPA, tetapi juga membuka peluang ekonomi sirkular melalui pemanfaatan material yang masih bernilai.

Kolaborasi ini juga memberikan dampak positif terhadap penurunan emisi karbon. 

Baca juga: Antisipasi Bullying dan Terorisme, Polda Jabar Siap Bentuk Satuan Tugas di Sekolah Libatkan siswa

“Berdasarkan estimasi konservatif dari Nyampih Indonesia, acara Innovibes 2 ini mampu mengurangi 11,8 kilogram CO₂e,” ucapnya.

Angka itu dihitung dari kontribusi pengomposan sampah organik serta daur ulang plastik PET, PP, dan HDPE yang menghasilkan penghindaran emisi signifikan dibandingkan jika seluruh sampah dibuang ke TPA.

“Pendekatan berbasis data seperti ini penting untuk memastikan bahwa setiap kegiatan bisa diukur dampak lingkungannya. Hasilnya dapat menjadi acuan bagi penyelenggara acara lain untuk beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan,” ujar Karin.

Menurutnya, 84 persen sampah yang berhasil dialihkan dari TPA menjadi contoh nyata bahwa penyelenggaraan event kampus yang seru dapat berjalan tanpa meninggalkan jejak sampah berlebih.

“Kami bangga bisa mendukung DKST ITB dalam mengintegrasikan praktik keberlanjutan ke dalam penyelenggaraan acara. Semoga INNOVIBES bisa menjadi model untuk event kampus lainnya,” tambah Karin.

Melalui inovasi dan kolaborasi lintas pihak, DKST ITB ingin memastikan bahwa setiap inovasi tidak hanya maju dari sisi sains dan teknologi, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan bumi. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved