Kisah Elina, Perajin Keramik Bandung yang Tembus Pasar Internasional
Bagi Elina Farida Eksan, tanah liat bukan sekadar bahan mentah melainkan medium untuk berkarya, berinovasi, dan membuka peluang ekonomi kreatif.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Kemal Setia Permana
Meski awalnya hanya melayani pasar lokal, Elina perlahan menembus pasar internasional. Melalui berbagai pameran dan kompetisi desain, ia mulai dilirik pemerintah daerah dan kementerian untuk mengikuti pameran di luar negeri.
“Dari situ akhirnya ada pesanan dari luar negeri. Produk keramik ini telah dikirim ke Singapura, Malaysia, Thailand, Dubai, Amerika hingga Eropa. Tahun lalu kita kirim cangkir kopi ke Belanda, tapi dipasarkannya di Paris,” ujarnya.
Baca juga: Ruas Jalan Raya Nasional Kalipucang Masih Terendam Air, Akses lalu Lintas Tersendat
Namun pengiriman ke luar negeri tentu tidak mudah, mengingat sifat keramik yang rapuh.
“Harus dibungkus satu-satu, berlapis, lalu dikirim pakai wooden pallet. Untungnya sejauh ini selalu sampai dengan aman,” tutur Elina.
Butuh Proses Pembuatan Panjang
Di balik setiap produk Elina Keramik, tersimpan proses panjang yang menuntut kesabaran. Bahan baku berupa stoneware berbentuk tepung dikirim dari Sukabumi, lalu direndam, disaring, dijemur, dan diolah hingga siap dibentuk.
“Setelah dibentuk, dijemur lagi sampai kadar airnya habis, baru dibakar di suhu 800 derajat. Setelah itu diberi glasir, lalu dibakar lagi di suhu 1200 derajat,” papar Elina.
Proses ini bisa memakan waktu tiga hingga tujuh hari, tergantung cuaca dan ukuran produk.
“Kalau hujan, pengeringannya lebih lama, nggak bisa langsung di oven, karena harus kering alami dulu supaya enggak retak waktu dibakar,” tambahnya.
Dari sekian banyak produk, cangkir dan aksesori menjadi yang paling diminati.
“Cangkir kopi paling laris, ada juga mangkuk untuk membuat matcha yang sedang hits, banyak juga pesanan bros, magnet kulkas, dan souvenir tematik khas Bandung,” ujar Elina.
Selain estetik, produk-produk tersebut juga fungsional. Cangkir dari Elina Keramik, misalnya, punya daya tahan panas yang lebih lama dibanding gelas biasa.
“Kalau dituang air panas, suhunya bisa tahan lebih lama, begitu juga kalau dingin,” katanya.
Dalam setiap produknya, Elina pun seringkali menggabungkan kekayaan Jawa Barat, misalnya saja gelas keramik dipadukan dengan bambu sebagai telinga atau pegangan cangkirnya.
Bagi Anda yang tertarik, bisa datang ke Elina Keramik yang buka setiap Senin-Sabtu pukul 08.00-16.00. (*)
| Perajin Keramik Plered Bertahan di Tengah Lesunya Ekspor Akibat Kebijakan Trump |
|
|---|
| Handmade Batik di atas Keramik, Inovasi Seni Karya Taurisia Wijaya |
|
|---|
| Lion Keramik, Perajin Lokal yang Tembus Pasar Jerman Lewat Motif Batik Unik |
|
|---|
| Jajang Junaedi, Pengusaha Keramik Plered Rugi Ratusan Juta Tak Bisa Ekspor ke AS, Korban Kebijakan |
|
|---|
| Ekspor Keramik Plered Purwakarta Terhambat: Tarif Impor 32 Persen dari AS Rugikan Pengrajin Lokal |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Pemilik-Elina-Keramik-Elina-Farida-Eksan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.