"Adapun pengambilan sangat sulit karena pada saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan deras, di sini pun (fosil) banyak yang tidak bisa keangkat secara utuh," ujar Nur Rochim.
Dia melanjutkan, ada teknik khusus yang dilakukan, yakni sebelum diangkat, gading itu dicetak terlebih dahulu memakai gypsum, ditempel menggunakan serat-serat kain halus agar terdapat cetakan.
"Cetakan seperti itu akan sangat berfungsi apabila gading ini tidak didapat secara utuh. Jadi tidak sembarang diangkat," kata Nur Rochim.
Mengingat gading yang ditemukan sepasang, pihaknya mengakui tidak menutup kemungkinan masih ada fosil lain di bawah gading tersebut.
"Untuk mengeluarkan fosil lain itu, perlu dana tak sedikit. Temuan ini sangat penting untuk melihat fosil utuh Stegodon dan untuk penelitian lanjutan," kata anggota tim, Dr Yan Rizal.
Selama ekskavasi di lapangan, transportasi fosil ke Bandung dan rekonstruksi/restorasi dilakukan oleh para ahli dari Museum Geologi – Badan Geologi Bandung yang juga dapat terlaksana atas bantuan finansial dari LAPI ITB.
Kini, fosil gading Stegodon tersebut dipajang di Lobby Prodi Teknik Geologi ITB.