Wilayah Hulu Punya Peranan Penting, Pakar Tata Kota Sampaikan Solusi Agar Bandung Bebas Banjir

Pakar tata kota dari Insitut Teknologi Bandung (ITB), Denny Zulkaidi, memberikan masukan kepada Pemkot Bandung untuk penanganan banjir.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
LINTASI BANJIR - Kendaraan melintasi banjir cileuncang yang menggenangi permukaan Jalan Leuwipanjang, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/6/2025). Perlu beberapa solusi untuk mengatasi banjir di Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pakar tata kota dari Insitut Teknologi Bandung (ITB), Denny Zulkaidi, memberikan masukan kepada Pemkot Bandung untuk penanganan banjir yang kerap menyapa sejumlah titik saat turun hujan deras.

Berdasarkan data dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, pada Rabu (6/8/2025), banjir tersebut menerjang 14 titik, yakni di Jalan Maragacinta, Rancabolang, Margahayu, dan Kompleks BIR.

Kemudian Antapani, Cingised, Kompleks Sarimas, Jalan Purwakarta, Ibrahim Adjie, Terusan Jakarta, Soekarno Hatta (Terusan Pasir Koja), Jalan Cibuntu, dan Cikutra dengan genangan 5 sentimeter hingga 80 sentimeter.

"Prinsip dasarnya harus menahan air selama mungkin di hulu dengan cara mempertahankan hutan, tanaman keras, supaya airnya tidak semuanya turun, tapi tertahan meresap di atas," ujar Denny saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

Langkah lainnya adalah menambah jumlah kolam retensi dengan kapasitas yang memadai supaya tidak terjadi genangan di beberapa titik. Sebab jika tidak seperti itu potensi banjir bandang pun masih bisa melanda wilayah Kota Bandung.

Baca juga: Ada Belasan Titik Banjir di Kota Bandung, Erwin Ungkap Penyebab dan Masalah Mengatasinya

"Tapi kalau airnya tidak ditahan dan di hilirnya tetap lepas, maka Bandung akan tetap banjir. Jadi, untuk penanganan banjir ini harus dilakukan lintas daerah," katanya.

Terkait efektifitas beberapa kolam retensi yang telah dibangun di Gedebage, kata Denny, tentunya harus dilihat lokasinya terlebih dahulu, apakah memang dibangun di daerah yang rendah atau daerah tinggi.

"Gedebage itu sebetulnya dulu 2005 sudah kami teliti, perlu retensi sebesar 100 hektare. Tapi penyelesaian parsial, seharusnya harus sudah bebas banjir, apalagi elevasinya Summarecon, kan," ucap Denny.

Baca juga: Hujan Deras di Kota Bandung Sebabkan Banjir di Bojongsoang, Ketinggian Air Capai Betis Orang Dewasa

Selain itu, kata dia, sedimentasi juga tentunya harus diperhatikan sehingga langkah pengerukan memang perlu dilakukan jika kondisi sungai sudah mengalami pendangkalan agar air tidak sampai meluber ke jalan dan permukiman.

"Makanya kapasitasnya harus sesuai dengan kebutuhan, nah kapasitas itu kan dilihat dari debit sungainya, volume kali, volume-nya itu kan lebar kali dalamnya. Jadi, lebarnya berapa, dalamnya berapa gitu," katanya.

Kemudian perilaku masyarakat juga turut diperhatikan dalam menjaga aliran sungai agar tidak terjadi pembuangan sampah sembarangan. Sebab, jika kondisi sungai penuh dengan sampah potensi banjir cukup tinggi.

"Jadi pemeliharaannya, termasuk perilaku masyarakat dalam membuang sampah diperhatikan. Biasanya kita hanya di depan saja membangun, terus perilaku tidak maka kondisi di hilir tentu akan berubah," ujar Denny. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved