Bendungan Matras Pangandaran: Destinasi Wisata Peninggalan Belanda dengan Keasrian Alam
Bukan resort megah atau wahana modern, melainkan sebuah bendungan tua peninggalan kolonial Belanda yang kini menjadi tempat wisata.
Penulis: Padna | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN – Di tengah geliat pariwisata Pangandaran yang terus menanjak, ada satu destinasi sederhana yang menyimpan pesona tersendiri.
Bukan resort megah atau wahana modern, melainkan sebuah bendungan tua peninggalan kolonial Belanda yang kini menjadi salah satu pilihan wisata favorit warga sekitar.
Berlokasi di Dusun Cikulu, Desa Sukahurip, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Bendungan Matras menjadi titik pertemuan alam dan sejarah yang memancarkan daya tarik unik.
Meski tak banyak fasilitas canggih, suasananya yang alami membuat banyak pengunjung rela datang kembali, terutama di akhir pekan.
Bendungan ini mengalirkan air jernih dari Sungai Putra Pinggan, dikelilingi panorama perbukitan hijau yang seolah menjadi latar panggung alami. Perpaduan gemericik air dan semilir angin menambah kesejukan, menghadirkan ketenangan bagi siapa saja yang ingin beristirahat sejenak dari riuhnya aktivitas harian.
Menariknya, keberadaan Bendungan Matras sebagai tempat wisata bukan hasil proyek besar dari pemerintah atau modal investor.
Semuanya berawal dari kepedulian warga yang bersama-sama membersihkan dan menata kawasan tersebut. Berbekal semangat gotong royong, mereka menghadirkan ruang publik terbuka yang nyaman sekaligus ramah di kantong.

Upaya itu pun membuahkan hasil. Bendungan Matras yang sempat viral pada tahun 2019 kini kembali hidup, menjadi tempat berkumpul bagi warga untuk melepas penat.
Biaya untuk menikmatinya pun terbilang sangat terjangkau. Pengunjung cukup membawa tikar, menyewa pelampung dengan harga Rp 5.000, dan membayar parkir motor Rp 2.000.
Bagi yang tidak membawa bekal, deretan warung kopi di sekitar bendungan siap menggoda selera. Beragam camilan tradisional seperti mendoan hangat, pecel, hingga secangkir kopi tersaji untuk menemani suasana santai.
Kegiatan di Bendungan Matras pun beragam. Selain berenang di aliran sungai, pengunjung bisa bersantap siang bersama keluarga, berswafoto di spot instagramable, atau sekadar duduk santai menikmati semilir angin dan suara air yang menenangkan.
“Saya sengaja mengajak keluarga makan siang bersama di Bendungan Matras. Kebetulan lokasinya cukup dekat. Di sini, memang pemandangannya asri, ada sungai, bukit, dan suara airnya bikin pikiran tenang,” ujar Yana (32), warga Babakan Kecamatan Pangandaran sambil menggelar tikar di tepi bendungan, Sabtu (2/8/2025) siang.
Ramainya kunjungan warga dalam beberapa minggu terakhir juga membawa berkah tersendiri bagi para pedagang lokal. Seorang pemilik warung kopi, Neri Safitri (30), mengaku senang dengan banyaknya pengunjung yang datang.
"Alhamdulillah ramai lagi. Banyak yang datang ngopi, makan mendoan, atau pecel di bawah pohon bambu," katanya.
Ia menambahkan, tak jarang rombongan keluarga datang dengan membawa bekal sendiri. “Kadang, ada yang mendadak menyajikan masakan liwetan dengan lauk pauk ikan yang dibakar,” ucap Neri sambil tersenyum.
Suasana sederhana berpadu kehangatan warga setempat menjadikan Bendungan Matras bukan hanya sekadar destinasi wisata, melainkan ruang kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga dan pengunjung.
Detik-detik Petugas Damkar Pangandaran Tangkap King Kobra Ukuran Jumbo, Ular Masuk Kandang Ayam |
![]() |
---|
Mulai 2025, Bapenda Pangandaran Targetkan Rp 20 Miliar dari Opsen Pajak Kendaraan Bermotor dan BBNKB |
![]() |
---|
Gaji DPRD Pangandaran Paling Rendah di Jabar, Bertahun-tahun Tak Naik, Otang: Kami Menahan Diri |
![]() |
---|
DPRD Pangandaran Ungkap Gaji dan Tunjangan, Rp 27 Juta per Bulan, Klaim Paling Kecil di Jabar |
![]() |
---|
Bupati Pangandaran dan Bupati Cilacap Bahas Rencana Pembangunan Jembatan Alternatif untuk Warga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.