Kisah Perjuangan Tembus Perguruan Tinggi

Sosok Dirga, Anak Tukang Bubur Diterima UGM Gara-gara Tenis, Ortu Diam-diam Datang saat Seleksi

Kisah seorang anak tukang bubur yang berhasil diterima Universitas Gadjah Mada (UGM), tengah mencuri perhatian publik.

Dok. UGM
LOLOS UGM - Kisah seorang anak tukang bubur bernama Dirga yang berhasil diterima Universitas Gadjah Mada (UGM), tengah mencuri perhatian publik. 

Semangatnya pun membuat perkembangan kemampuannya kian tajam.

“Pertandingan pertama saya di tingkat provinsi saat kelas 5 SD, dan sejak itu saya merasa mungkin jalan saya memang di tenis,” tuturnya.

Nama Dirga semakin dikenal setelah meraih sejumlah prestasi membanggakan.

Ia menjadi juara 3 nasional di Amman Mineral Junior Tennis Championship 2019, juara 2 Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Tengah 2023, juara 1 POPDA Jawa Tengah 2024.

Baca juga: Dulu Sempat Kuliah di Bandung, Novia Kini Bakal S2 di 4 Negara Pakai Beasiswa, Termasuk di Malta

Ia juga meraih juara 2 nasional di Irawati Moerid Tennis Championship 2025.

“Saya percaya pendidikan itu prioritas, tapi saya juga ingin berkembang di luar kelas. Jadi setiap jeda waktu saya manfaatkan untuk ikut latihan, rapat organisasi, atau program volunteer,” katanya.

Dirga Aktif Organisasi

Di sekolah, Dirga dikenal sosok yang aktif dan mudah bergaul.

Ia juga tergabung dalam OSIS, Paskibra, basket, serta dipercaya menjadi brand ambassador pelajar selama enam bulan. Seluruh aktivitas itu dikerjakannya selaras dengan komitmen akademik. Baginya, pengembangan diri tidak terbatas ruang kelas. 

“Saya belajar mencuri waktu, memanfaatkan jeda antar-kegiatan seefektif mungkin. Bahkan saat jadi brand ambassador, saya bisa belajar mengembangkan diri tanpa meninggalkan identitas saya sebagai pelajar,” ujarnya.

Perhatian Dirga terhadap isu sosial juga terlihat dari keterlibatannya dalam Forum Anak Banyumas.

Ia mengambil bagian dalam program Banyumas Kids Takeover, dan berperan sebagai sekretaris forum. Dari sana, ia mendapat ruang untuk memahami dinamika masyarakat lebih dalam. 

“Yang paling berkesan adalah saat kami berinteraksi dengan teman-teman dari SLB (Sekolah Luar Biasa). Dari sana saya belajar bagaimana pentingnya empati dan memahami orang lain dengan kondisi yang berbeda,” kenangnya.

Adapun, minatnya terhadap Psikologi tumbuh seiring perjalannya sebagai atlet.

Ia merasakan langsung bagaimana pikiran berpengaruh besar terhadap performa dan ketahanan mental.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved