Berita Viral

Sosok Pak Dibyo, Dosen UI yang Menangis saat Bertemu Mahsiswi Asal Kupang yang Diremehkan Guru

Inilah sosok Dr Sudibyo alias Pak Dibyo, dosen UI yang menangis saat mendengar kisah salah satu mahasiswinya yang diremehkan guru.

Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Kolase psdk.ui.ac.id, Instagram @imamsantoso
DOSEN MENANGIS - Sosok Dr Sudibyo alias Pak Dibyo, dosen UI yang menangis saat mendengar kisah salah satu mahasiswinya yang diremehkan guru. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah sosok Dr Sudibyo alias Pak Dibyo, dosen Universitas Indonesia (UI) yang menangis saat mendengar kisah salah satu mahasiswinya yang diremehkan guru karena hendak berkuliah.

Video ketika Pak Dibyo menangis itu dibagikan oleh akun Instagram milik dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Imam Santoso, Kamis (24/7/2025).

"Pak Dibyo, dosen legend Universitas Indonesia sampai menangis tanpa air mata, datangi Margaret di Kupang yang tembus Psikologi UI dengan begitu banyak cibiran," tertulis dalam video tersebut.

Dalam video itu, Pak Dibyo terlihat tersedu-sedu saat mendengar kisah Margaret.

Margaret bercerita, ia mendapatkan cibiran dari guru-gurunya karena bermimpi untuk bisa berkuliah di Universitas Indonesia.

Sementara, ia tidak datang dari keluarga terpandang.

Sebagai apresiasi, Pak Dibyo pun memberikan laptop dari perusahaan kecantikan Paragon Corp kepada Margaret sebagai alat penunjang perkuliahan.

Lantas, seperti apa sosok Pak Dibyo?

DITERIMA DI UI - Margaret, gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur menceritakan pengalamannya diremehkan guru dan tetangganya, karena mempunyai impian berkuliah di Universitas Indonesia, kini impiannya terwujud hingga didatangi langsung dosen UI dan dosen ITB untuk memberikan beasiswa kepadanya.
DITERIMA DI UI - Margaret, gadis asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur menceritakan pengalamannya diremehkan guru dan tetangganya, karena mempunyai impian berkuliah di Universitas Indonesia, kini impiannya terwujud hingga didatangi langsung dosen UI dan dosen ITB untuk memberikan beasiswa kepadanya. (Instagram Imam Santoso)

Baca juga: Kisah Gadis Pulau Rote Diterima di UI dan Dapat Beasiswa, Pilu Sempat Diremehkan Guru dan Tetangga 

Dilansir dari situs resmi psdk.ui.ac.id, pemilik nama lengkap Dr. AG. Sudibyo ini adalah dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.

Ia mengajar mata kuliah Pengantar Hubungan Masyarakat serta Teknik Loby dan Negosiasi.

Dilansir dari fisip.ui.ac.id, Pak Dibyo adalah salah satu dosen yang legendaris di UI.

Ia adalah salah seorang pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa UI Paragita dan Vokal Grup UI (Vocademia).

Selain itu, ia juga menjadi pembina UKM seni sekaligus menjadi Kasubdit Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa UI.

Saat masih menjadi mahasiswa, Pak Dibyo memiliki hobi menyanyi dan sudah menjadi dirigen paduan suara sejak duduk di semester 3.

Ketertarikannya terhadap paduan suara datang ketika Paduan Suara UI berpentas di Kota Magelang, tempatnya bersekolah.

Kendati demikian, ia bergabung di paduan suara saat ini hanya sebagai penyaluran hobi saja, tugas utamanya tetaplah seorang dosen.

Pak Dibyo berhasil membawa Paduan Suara Mahasiswa Baru meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) kategori pemrakarsa dan penyelenggara paduan suara dengan peserta terbanyak, yakni 3.700 mahasiswa.

Kisah Margaret

Adapun, kisah Margaret begitu memilukan sampai membuat Pak Dibyo tak kuasa menyembunyikan raut wajah pilunya.

Dengan berderai air mata, Margaret bercerita soal perlakuan tak menyenangkan yang diterima dari guru di sekolahnya.

Murid berprestasi itu mengaku, gurunya pernah meremehkannya gara-gara memiliki cita-cita berkuliah di UI.

"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI'," ucap Margaret.

Baca juga: Sosok Kades di Malang yang Viral Minta Warga Ngungsi karena Festival Sound Horeg, Tuai Kritik

"Sempat tunggak uang sekolah," imbuhnya.

Ucapan menyakitkan guru tersebut sempat membuat Margaret berkecil hati. Ia bahkan berniat mengubur mimpinya kuliah di UI.

Namun h-2 sebelum pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali menguat.

"Jadi waktu itu hampir tidak datar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.

"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.

Kala itu Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orangtuanya sendiri.

"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya dimana saya diam saja," kata Margaret.

"Kalau mama nanya saya juga diam saja. Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya.

Di hari pengumuman, Margaret terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Mengetahui Margaret diterima di UI, kakak kandungnya langsung bekerja esktra keras mengumpulkan uang untuk ongkos sang adik ke Jakarta.

"Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI," kata Imam Santoso.

Perjuangan Margaret tak berhenti sampai disitu.

Setelah dinyatakan diterima di UI, Margaret kembali mendapatkan pernyataan merendahkan, kali ini bukan dari guru, melainkan tetangganya.

Tetangga Margaret mengatakan agar gadis tersebut tak usah bermimpi bisa kuliah di luar Pulau Rote karena berasal dari keluarga miskin.

"Waktu lolos itu, setiap hari tetangga kalau ketemu saya diomongin terus 'Ada anak pejabat PNS yang kuliah ke luar tapi kuliahnya tidak berhasil, hanya pulang bawa utang, jadi kita yang miskin ini jangan coba kuliah di Jawa'," kata Margaret.

"Sempat dibilang juga 'Miskin banyak gaya kuliah di Jawa'," imbuhnya.

(Tribunjabar.id/Rheina, Hilda Rubiah)

Baca artikel menarik Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved