Dulu Ditolak PTN di Indonesia, Pieter Lolos 6 Kampus Top di Jerman, Kuliah Gratis Tanpa Beasiswa

Inilah kisah Pieter Patonedi yang sempat ditolak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia, namun kini diterima banyak kampus di Jerman.

Dok. Pieter via Kompas
LOLOS KAMPUS JERMAN - Inilah kisah Pieter Patonedi yang sempat ditolak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia, namun kini diterima banyak kampus di Jerman. 

Saat ujian pun tetap bisa dilakukan secara serentak karena para mahasiswa disebar dalam ruangan yang banyak. 

“Jadi sebenarnya resiko itu ada, tetapi universitas di sini biasanya bisa memperkirakan dan memfasilitasi dengan baik, sehingga ga terasa overpopulated,” jelasnya.

Biaya hidup kuliah di Jerman

Selama berkuliah di Jerman, Pieter tidak menerima beasiswa.

Akan tetapi, ia tidak perlu membayar biaya Pendidikan karena RWTH Aachen adalah universitas negeri.

“Biaya kuliah di universitas negeri Jerman itu benar-benar gratis, 0€! Kita hanya perlu bayar biaya transport dan beberapa biaya kecil lainnya,” ujar Pieter. 

Adapun, rincian biaya lainnya juga sempat ia jelaskan dalam unggahan Reels di Instagram pribadinya @moinmoinindo. 

Dalam video tersebut ia menjabarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan, antara lain: 

  • Tempat tinggal sharing, termasuk listrik, air, gas, dan pajak radio: 370 Euro atau Rp 7 Juta per bulan 
  • Makanan, bahan masak dan makan di luar 1-2 kali seminggu: 250 Euro atau Rp 4,7 Juta per bulan 
  • Asuransi kesehatan: 144 Euro atau Rp 2,7 Juta per bulan 
  • Biaya lain-lain: 100 Euro atau Rp 1,8 Juta per bulan

Untuk menanggung biaya hidup selama kuliah, Pieter juga bekerja paruh waktu di perkantoran dan menabung. 

Menurutnya, ada banyak cara agar pengeluaran tetap hemat. 

Salah satunya adalah dengan memasak sendiri dan berbagi tempat tinggal bersama mahasiswa lain.

Tips Pieter untuk mahasiswa

Walaupun sistem pendaftaran di Jerman cenderung lebih terbuka, bukan berarti kuliah di sana tanpa rintangan. Pieter menyatakan bahwa bahasa menjadi salah satu kendala utama, apalagi saat menjalani program S1 yang seluruhnya berlangsung dalam bahasa Jerman.

Menurutnya, sangat penting untuk memanfaatkan waktu demi memperkuat kemampuan Bahasa asing.

“Dengan kalian bisa bahasa Jerman, kalian bisa membuka banyak banget pintu, seperti mengenal budaya Jerman dengan lebih seru, berteman dengan orang-orang dari berbagai negara, dan lain-lain,” tambahnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved