Kasus Lansia Dibuang Anaknya ke Panti, Camat Ungkap Semua Tak Sesederhana di Video

Camat Pabean Cantian Surabaya, Muhammad Januar Rizal, mengungkap kasus "pembunganan" Siti Fatimah tidak sesederhana dengan video yang telah beredar.

Editor: Giri
Instagram @ariefcamar
DITITIPKAN - Siti Fatimah lansia asal Surabaya yang dititipkan keempat anaknya ke Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang. 

TRIBUNJABAR.ID - Camat Pabean Cantian Surabaya, Muhammad Januar Rizal, mengungkap kasus "pembunganan" Siti Fatimah tidak sesederhana dengan video yang telah beredar.

Siti Fatimah adalah lansia yang memiliki empat anak tetapi dia dititipkan di Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur.

Siti Fatimah merupakan warga Kota Surabata.

Semula, pihak Griya Lansia Husnul Khatimah, Arief Camra, menuturkan, dia telah menerima panggilan untuk menjemput Siti Fatimah, yang beralamat di Jalan Perlis Selatan VI, Kecamatan Pabean Cantian, Surabaya.

"Jangan sedih, jangan kaget, jangan terbawa emosi, hari ini ada serah terima seorang ibu secara total ke Griya Lansia oleh keempat anak kandungnya," kata Arief mengawali video penjemputan Siti Fatimah.

Siti Fatimah memiliki empat anak, yakni LA, F, W, dan R.

Diduga, alasan ekonomi membuat keempat anak itu memilih untuk menitipkan anak kandungnya.

Mengenai kasus ini, Muhammad Januar Rizal mengungkapkan, sebenarnya tak sesederhana seperti apa yang ada di video itu.

Dia mengatakan, pihaknya juga telah berupaya untuk melakukan pendekatan persuasif agar Siti Fatimah bisa dirawat oleh keluarganya lagi.

Ia menjelaskan, LA (40), anak kedua Siti Fatimah, tidak memiliki niat untuk membuang ibunya.

“Sebenarnya tidak ada niatan ditelantarkan oleh anaknya. Tetapi, karena keterbatasan untuk merawat, anaknya memilih menitipkan ibunya ke tempat yang lebih baik,” kata Januar, Kamis (17/7/2025), melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Sosok Siti Fatimah, Ibu yang Dititipkan ke Panti Jompo oleh 4 Anaknya, Kini Ditawari Rumah Kontrakan

Selama ini, pihak kecamatan dan kelurahan berkoordinasi dengan RW dan RT untuk memberikan perhatian kepada lansia itu. Anaknya juga sebenarnya sudah berupaya merawat ibunya.

"Siti Fatimah ini sebelumnya, dua tahun terakhir, tinggal di Madura. Baru satu bulan terakhir ini tinggal bersama LA di Perlis," ucap Januar.

LA yang bekerja serabutan dan menumpang di rumah sepupunya, merasa kewalahan merawat ibunya sendirian. Apalagi dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

Sementara, saudara-saudaranya yang lain tersebar di Kalimantan dan Madura.

Menurutnya, LA hanya ingin ibunya mendapatkan perawatan yang lebih layak dan tidak bermaksud menelantarkan.

“Sebenarnya Siti Fatimah ini, termasuk dalam kategori keluarga miskin dan telah menerima Program Keluarga Harapan (PKH) serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) berupa beras dari Bulog. Kemudian, untuk permakanan juga disediakan oleh warga sekitar lewat program Kampung Madani,” ujarnya.

Pihaknya juga telah melakukan klarifikasi langsung dengan pengurus Griya Lansia Husnul Khatimah di Malang terkait kondisi Siti Fatimah.

“Saya juga telepon Pak Arif (pihak Griya Lansia) bersama LA bahwa di sana memang perawatannya sangat luar biasa. Saya matur nuwun kepada pihak Griya Lansia bahwa sudah membantu warga kami," ucapnya.

Ia juga mengonfirmasi bahwa informasi yang viral mengenai larangan menjenguk dan tidak ada pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat adalah tidak benar.

“Kalau menjenguk silakan setiap bulan, dua bulan tidak masalah. Dan kalau misalnya ada kejadian apa pun misalnya atau sakit atau apa, nanti bisa disampaikan kepada pihak keluarga. Apa yang disampaikan di media sosial itu mungkin peringatan untuk anak-anak agar tidak menelantarkan orang tuanya,” ucap dia.

Untuk mengatasi permasalahan tempat tinggal, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menawarkan solusi kepada LA dengan menyewakan rumah kontrakan selama beberapa waktu.

Hal ini dilakukan agar Siti Fatimah bisa dirawat kembali oleh anaknya dan dekat dengan keluarga.

Baca juga: Sosok Arief Camra Pemilik Panti Jompo Tampung Lansia Telantar, Punya Aturan untuk Anak Buang Ortu

"Kami memfasilitasi, kami sudah siapkan akomodasi, transportasi, tinggal kalau anaknya mau bersedia, saya berangkat," ujarnya.

Mengenai penempatan Siti Fatimah di Griya Werda Surabaya, Januar menyampaikan bahwa fasilitas tersebut diutamakan untuk lansia sebatangkara.

Apabila lansia masih memiliki anak, maka tanggung jawab utama tetap ada pada anaknya.

Melihat fenomena ini, ia berharap agar masyarakat, khususnya warga di wilayah Tanjung Perak dan Pabean Cantian, senantiasa berkoordinasi dengan RT, RW, untuk kasus-kasus serupa.

“Kami selalu menyampaikan kepada pihak keluarga, di mana-mana tidak ada namanya bekas orangtua. Yang ada adalah orang tua," tuturnya.

Sebelumnya, L mengatakan, ia dan kakak serta adik-adiknya tidak ada yang mau merawat lagi sang ibu.

Bahkan, katanya, saudara perempuannya juga tidak mau mengurus ibunya.

"Dari cerita, kan sampeyan empat bersaudara, Mas, masa enggak ada yang mau ngurus ibunya?" tanya Arief Camra, melansir dari TribunSumsel.

"Kondisi saya kan lagi enggak punya rumah, sedangkan yang mbak saya enggak ada, yang perempuan itu di luar pulau," jawab L.

Arief pun bingung kenapa sama sekali tidak ada anak yang mau merawat ibunya.

L lantas beralibi bahwa saudara perempuannya ada di luar Jawa.

"Meskipun luar pulau masa enggak bisa urunan, maksudnya membiayai ibu?" tanya Arief.

"Enggak mau," ujar L.

"Anak pertama namanya siapa?" tanya Arief lagi.

"F," imbuh L.

"Anak kedua? Ketiga?" tanya Arief.

"(Anak kedua) saya, L. (Anak ketiga) perempuan namanya W. Keempat ini ada masalah di kepolisian," kata L.

"Intinya keempat-empatnya anak ini enggak mau merawat atau enggak sanggup merawat?" tanya Arief.

"Iya," ucap L.

Merasa tak habis pikir dengan alasan tersebut, Arief pun akhirnya memakai senjata terakhirnya agar anak-anak itu tidak jadi membuang ibunya.

Yakni Arief memberitahukan aturan soal Griya Lansia Khusnul Khatimah.

Bahwa nantinya L dan saudaranya tidak boleh menjenguk ibu mereka ke panti sama sekali.

L dan saudaranya juga tidak akan diberi tahu jika ibu Fatimah meninggal dunia.

Penjelasan itu diurai Arief dengan harapan L mengurungkan niatannya membuang sang ibu.

Namun usaha Arief sia-sia. Ia tetap bersikeras menyerahkan ibunya ke panti.

"Di Griya Lansia ini kan sebenarnya tidak boleh untuk yang masih punya anak. Tapi berhubung sampeyan tidak mau merawat, saya siap merawat dengan catatan, serah terima total, sampeyan enggak boleh mengunjungi dan kalau meninggal enggak dikabari. Setuju?" tanya Arief Camra.

"Iya, setuju," kata L.

"Jadi kalau misalnya nanti ramai, sampeyan enggak bisa protes ke saya," ujar Arief.

"Oke," imbuh L.

 Kembali bertanya, Arief dibuat kecewa dengan jawaban L.

"Ini saya tanya sekali lagi, apa tidak dipertimbangkan ulang, apa sudah mantap dengan serah terima ini?" tanya Arief lagi.

"Sudah," ujar L.

"Setelah ini ibu kami bawa ke Malang, ini soalnya serah terima total loh ya. Sampeyan nanti kalau rame di medsos enggak boleh protes ya. Soalnya kami di Griya Lansia serba terbuka, mulai mendapatkan lansia, merawatnya, sampai menguburkan kita sampaikan apa adanya. Siap ya?" tanya Arief.

"Siap," jawab L. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Camat Sebut Anak Mbah Siti Fatimah Tak Niat Buang Ibunya, Pemkot Sudah Tawarkan Rumah Kontrakan

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved