Persib Bandung

SOSOK Umuh Muchtar Orang Paling Royal dan Loyal di Persib, Tolak Bonus Persib Hasil Patungan PNS

HAJI Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) adalah yang paling royal dan loyal kepada Persib.

|
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
zoom-inlihat foto SOSOK Umuh Muchtar Orang Paling Royal dan Loyal di Persib, Tolak Bonus Persib Hasil Patungan PNS
deni denaswara/tribun jabar
UMUH MUCHTAR - HAJI Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) adalah sosok yang paling royal dan loyal kepada Persib. Ini sudah dilakukan jauh sebelum kehidupannya semapan sekarang.

"Dari situ saya langgeng saja (langgeng uang berlimpah) karena saya punya modal," kata ayah Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan ini.

Sedekah memang selalu menjadi jurus yang paling jitu bagi Umuh untuk meraih kesuksesan. Itu pula, menurut Umuh, yang selalu dilakukannya sejak dulu, bahkan ketika kehidupan ekonominya masih pas-pasan.

"Kalau kita bersedekah dengan ikhlas, Allah akan mengganti. Benar itu yang dikatakan para alim ulama, para ustaz. Uang sedekah tak akan pernah hilang, tetapi Allah menggantinya," kata Umuh saat wawancara khusus dengan TribunJabar di kediamannya, di Sumedang.

Hal lain yang juga menjadi kunci suksesnya, kata Umuh, adalah dukungan orangtua, istri, dan anak-anak.

"Keluarga selalu memberikan dukungan berupa kepercayaan terhadap apapun usaha yang saya kerjakan," ujar anak ketiga dari tujuh bersaudara, putra pasangan H Mochamad Yusup dan Hj Siti Hasanah ini.

Namun, sekali di dalam hidupnya yang berlimpah rupiah, Umuh pernah juga mengalami kedukaan yang teramat lama. Tahun 1998, anaknya yang ketiga dari empat bersaudara, Agung Kurniawan, meninggal dunia akibat kecelakaan.

Pribadi Agung sangat berkesan di hati Umuh. Ia melihat Agung, seakan melihat dirinya sendiri. Pribadi yang senang membela orang susah, senang bersedekah, meski ketika itu, Agung barulah siswa SMA di Jalan Burangrang, Kota Bandung.

Banyak kisah yang dialami Agung yang memberi kesan mendalam kepada Umuh. "Tahun 1998 bulan Desember, anak bungsu saya meninggal dan itu sangat sangat menyakitkan," katanya.

Dengan mata yang berkaca-kaca dan suara nyaris parau menahan sedih, Umuh berkisah tentang Agung yang begitu senang bermain sofbol. Lapangan sofbol di Jalan Lodaya sangat dekat dengan tempat Agung bersekolah.

Ketika itu, Agung duduk di kelas 2 dan meminta izin kepada Umuh untuk mentraktir teman-temannya makan di sebuah mal di Jalan Merdeka, Kota Bandung. "Boleh lah, kata saya memberikan izin," kata Umuh.

Saat waktu makan tiba, Umuh memerhatikan seorang anak di dalam kumpulan teman-teman Agung yang penampilannya begitu kumal. Sandal sudah tipis dan baju kaos yang compang-camping.

Umuh bertanya kepada Agung tentang siapakah anak itu, tetapi Agung tak bisa utuh menjawab. Dia hanya mengatakan bahwa anak tersebut sering melihatnya jika sedang bermain sofbol.

Jika waktu sofbol selesai, anak tersebut sering sekali terpergok membersihkan sepatu dan alat-alat sofbol lainnya, sehingga Agung dan teman-temannya mempercayakan semua alat-alat olah raga itu kepada anak compang-camping tersebut.

"Sudah tiga bulan Pak dia sama kami, Agung juga sering meberinya uang," kata Umuh menirukan perkataan Agung saat itu. Umuh terenyuh dengan sikap Agung yang demikian itu.

Sikap membela orang susah yang dimiliki Agung tak berhenti di situ. Umuh berkisah tentang baju Agung yang semuanya diberikan kepada teman-temannya.

Sebelum Bulan Puasa, ketika Agung meninggal dunia, Agung bermain karambol bersama teman-temannya. Ketika ibunya datang ke rumah dan melihat baju-baju Agung dipakai oleh teman-temannya, ibunya bertanya-tanya, mengapa Agung melakukan itu.

"Agung menjawab, ya sudah, nanti ibu saja yang membagikannya. Mereka itu, kata Agung, adalah anak-anak tukang becak, anak tukang servis payung, kasihan anak-anak itu, Bu," kata Umuh menirukan Agung.

Ada juga kejadian, teman Agung diberi uang sehari Rp 2.000. Ketika ditanya apa alasannya, Agung menjawab kepada Umuh bahwa temannya bernama A itu adalah seorang yatim.

"Agung meninggal dan saya murung. Bukan saya saja, semua teman-temannya bahkan menangis, tahlilan di Jalan Supratman, sampai tujuh hari jalan itu diblokir," kata Umuh.

Kini, doa untuk Agung terus digelar setiap hari kesepuluh di bulan Ramadan. Banyak orang yang masih tetap datang, masih tetap mengenang kebaikan Agung.

Umuh berkisah tentang penjual teh manis botolan yang tiba-tiba menangis di hadapannya. Penjual teh itu mengatakan bahwa dia tidak menemukan lagi anak muda sebaik Agung, yang ketika dia mesti pulang ke Garut karena istrinya sakit, dia dipermudah oleh Agung.

"Agung itu kepada penjual teh botol ngasih pinjam motor untuk pulang. Banyak lah kisah tentang Agung yang menempel di hati saya," kata Umuh. (Tribun Jabar/Kiki Andriana)

.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved