Persib Bandung
SOSOK Umuh Muchtar Orang Paling Royal dan Loyal di Persib, Tolak Bonus Persib Hasil Patungan PNS
HAJI Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) adalah yang paling royal dan loyal kepada Persib.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Nama Haji Umuh Muchtar sedang menjadi perbincangan menyusul keputusannya menolak menerima bonus hasil patungan ASN Jabar untuk Persib Bandung.
Uang hasil udunan PNS Jabar untuk bonus itu diberikan bagi para pemain Persib yang mempertahankan gelar juara Liga 1 atau back to back juara.
Awal bonus udunan PNS Jabar ini bermula saat Konvoi Juara Persib.
Saat itu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman untuk mengumpulkan sumbangan untuk bonus Persib juara dari para ASN.
"Bonus enggak boleh pakai APBD, dana pemerintah. Bonus dari saya Rp 1 miliar dan saya tugaskan Pak Sekda untuk mengoordinasikan para pejabat Pemprov Jabar agar memberi bonus Rp 1 miliar. Tapi tidak boleh pakai APBD," ujarnya kepada para Bobotoh di atas panggung pesta perayaan Persib Bandung di Gedung Sate, Kota Bandung, Minggu (25/5/2025).
Ditarget Rp 1 miliar, faktanya para PNS Jabar hanya mampu mengumpulkan jauh dari angka.
Baca juga: Bonus Persib Juara dari Udunan PNS Jabar Tak Capai Target, Umuh Tolak Terima, Sekda: Itu Sukarela Ya
Uang bonus yang terkumpul hanya Rp356.525.000, jauh dari target yang ditetapkan sebesar Rp1 miliar.
Bonus tersebut sebenarnya telah diserahkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Herman Suryatman, kepada perwakilan Persib Bandung, Selasa (3/6/2025).

Namun, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Umuh Muchtar memutuskan bonus dari PNS Jabar itu ditolak.
Umuh Muchtar mengklarifikasi bahwa Persib Bandung tidak pernah menerima uang bonus hasil patungan dari ASN.
"Saya karifikasi biar semua bobotoh tahu," kata Umuh Muchtar dalam video yang dikutip dari akun Bandung Football, Kamis (26/6/2025).
Menurut Umuh Muchtar penolakan tersebut agar tidak menjadi beban buat Persib Bandung ke depannya.
"Banyak yang nanya, Persib sudah terima uang Rp 1 miliar, itukan yang dari gubernur," kata Umuh.
Umuh mengaku secara pribadi dia tidak tahu mengenai bonus terbut. "Saya tidak tahu, saya tidak menerima, itukan urusan kantor," katanya.
Umuh kembali menekankan bahwa dia telah menolak bonus dari Sekda Herman Suryatman sebesar Rp356.525.000.
"Saya tolak," kata Umuh Muchtar.
Harusnya, kata Umuh, jika ingin memberikan bonus, rinciannya harus jelas, dari siapa saja uang tersebut terkumpul.
Jangan mempersulit diri, kata Umuh Muchtar kepada Herman Suryatman. "Sudah cukup. Ditolak," kata Umuh lagi.
Sosok Umuh Muchtar
Lalu siapa Umuh Muchtar bos Persib itu?
Dalam wawancaranya dengan Tribun Jabar yang dimuat 21 Desember 2021, terungkap siapa sosok Umuh Muchtar.
HAJI Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) adalah yang paling royal dan loyal kepada Persib. Sifat royal tersebut tenyata sudah dimiliki Umuh sejak lama. Bahkan sebelum kehidupan ekonominya sebaik sekarang.
Dulu, Uwa Haji Umuh, begitu pria kelahiran Bandung, 2 Juni 1948 itu biasa disapa, hanyalah pekerja biasa di perusahaan pembuatan televisi dan transistor radio di Kota Bandung.
Namun, sejak dahulu, meski hanya sebagai bobotoh, Umuh selalu memberikan uangnya kepada para pemain Persib jika Persib menang dalam bertanding.
"Adeng Hudaya, Robby Darwis, Yusuf Bachtiar, dan yang lain, selalu saya beri bonus sejak dahulu. Bisa ditanyakan langsung," kata Umuh saat ditemui di kediamannya di Ciluluk, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Senin (13/12).
Lantas, bagaimana kisah suksesnya hingga kini menjadi orang nomor satu di Persib Bandung?
Umuh memulai kariernya sebagai pekerja biasa di perusahaan milik Belanda, NV Philips Fabricageen Handels Maatschappij. Dia dibawa seorang bersuku Minangkabau yang sudah dia anggap sebagai keluarga untuk bekerja di perusahaan itu pada 1970, setahun setelah dia menikah.
"Saya pertama bekerja di bagian mesin kayu. Mesin kayu itu maksudnya untuk membuat boks televisi. Tetapi di situ saya tidak lama, kemudian saya ditarik untuk duduk di meja administrasi gudang," kata Umuh.
Dengan tugas itu, dia memegang kendali pengiriman televisi dan radio ke sejumlah afdeling atau daerah administratif setingkat kabupaten/kota.
Cukup lama Umuh di bagian ini. Namun, pengalaman ini juga yang membuat Umuh berani mengambil langkah pertama sebagai pengusaha.
Dari meja administrasi, dia memperhatikan jumlah karyawan perusahaan itu yang jumlahnya sekitar 500 orang. Dia kemudian terpikir untuk menjual celana kepada para karyawan. Sistem yang ia gunakan sistem kredit. Celana ia berikan lebih dulu, dan pembayarannya dicicil.
"Saya coba dengan 30 potong celana dahulu, dikreditkan dalam tiga bulan. Ternyata responsnya baik, semua suka. Orang banyak minta. Akhirnya nyaris 70 persen orang pabrik mengambil celana dari saya. Bisa habis 250-300 potong," kata Umuh.
Dia menggambarkan keuntungannya dahulu dengan ilustrsi gaji seribu. Jika dia mendapatkan gaji Rp 1.000 dari perusahaan, dia dari usaha jualan celana mendapatkan keuntungan Rp 30.000.
Usaha celana itu terus dikembangkan. Bahkan celana disebar ke setiap afdeling dengan sistem kredit yang sama.
Dari bagian administrasi, dia kemudian ditarik ke bagian produksi. Di bagian inilah Umuh mulai bermain dalam urusan usaha limbah.
Limbah yang pertama kali dia jual berasal dari dalam pabrik di mana dia bekerja. Ketika itu, banyak sekali limbah logam campuran bernama kuningan.
"Say usaha limbah selama di Philips saja. Saya jual kuningan. Uangnya besar. Untungnya terus dibagi-bagi," kata Umuh.
Guratan nasib baik tampaknya tidak berhenti di urusan limbah. Umuh kemudian menjadi juragan tanah. Berawal dari tanah milik orang tuanya yang terkena pembebasan untuk proyek sungai.
Uang hasil pembebasan lahan itu dipakai kedua orang tua Umuh untuk berangkat haji. Uang sisa dari ongkos haji, kata Umuh, dititipkan orang tuanya kepadanya.
"Itu tahun 1973. Karena saya pegang uang titipan itu, saya beli tuh tanah yang mau kena proyek dan belum dibebaskan. Saya beli dengan harga pantas dan dengan pembayaran segera, terus saya jual dengan cara kavling. Masyarakat mau saja menjual ke saya karena saya bayarnya jelas dan segera, daripada mereka jual ke calo (makelar)," kata Umuh.
Dia mengatakan, sejak tahun itu hingga 1985, dia terus berbisnis jual beli tanah. Dia mengatakan, jual beli tanah seperti jual beli kacang goreng.
Pada rentang waktu berbisnis tanah itu, pabrik tempatnya bekerja bangkrut. Tepatnya pada 1984, pabrik melelang semua alat-alat dan komponen untuk pembuatan televisi dan radio.
Umuh yang semakin tajam perhitungannya dalam berbisnis bertanya ke pabrik bagaimana harga komponen-komponen itu yang kemudian berlanjut pada kesepakatan Umuh untuk mencarikan lubang penjualannya.
Dia pergi ke Banceuy, menemui para tukang servis televisi dan radio, juga bertemu dengan orang yang tahu ke mana komponen dari pabrik akan dilempar.
"Wah, komponen itu jutaan biji. Saya beri 10 persen untuk perusahaan, dan orang Belanda-nya mau. Di situ uang berlimpah," katanya.
Dalam kelimpahan uang itu, Umuh yang dahulu hanya bobotoh, semakin royal kepada Persib. Dia mengaku tak pernah punya tedeng aling-aling dalam memberikan bonus kepada para pemain Persib. Apalagi saat usahanya semakin merambah ke bisnis percetakan.
"Dari situ saya langgeng saja (langgeng uang berlimpah) karena saya punya modal," kata ayah Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan ini.
Sedekah memang selalu menjadi jurus yang paling jitu bagi Umuh untuk meraih kesuksesan. Itu pula, menurut Umuh, yang selalu dilakukannya sejak dulu, bahkan ketika kehidupan ekonominya masih pas-pasan.
"Kalau kita bersedekah dengan ikhlas, Allah akan mengganti. Benar itu yang dikatakan para alim ulama, para ustaz. Uang sedekah tak akan pernah hilang, tetapi Allah menggantinya," kata Umuh saat wawancara khusus dengan TribunJabar di kediamannya, di Sumedang.
Hal lain yang juga menjadi kunci suksesnya, kata Umuh, adalah dukungan orangtua, istri, dan anak-anak.
"Keluarga selalu memberikan dukungan berupa kepercayaan terhadap apapun usaha yang saya kerjakan," ujar anak ketiga dari tujuh bersaudara, putra pasangan H Mochamad Yusup dan Hj Siti Hasanah ini.
Namun, sekali di dalam hidupnya yang berlimpah rupiah, Umuh pernah juga mengalami kedukaan yang teramat lama. Tahun 1998, anaknya yang ketiga dari empat bersaudara, Agung Kurniawan, meninggal dunia akibat kecelakaan.
Pribadi Agung sangat berkesan di hati Umuh. Ia melihat Agung, seakan melihat dirinya sendiri. Pribadi yang senang membela orang susah, senang bersedekah, meski ketika itu, Agung barulah siswa SMA di Jalan Burangrang, Kota Bandung.
Banyak kisah yang dialami Agung yang memberi kesan mendalam kepada Umuh. "Tahun 1998 bulan Desember, anak bungsu saya meninggal dan itu sangat sangat menyakitkan," katanya.
Dengan mata yang berkaca-kaca dan suara nyaris parau menahan sedih, Umuh berkisah tentang Agung yang begitu senang bermain sofbol. Lapangan sofbol di Jalan Lodaya sangat dekat dengan tempat Agung bersekolah.
Ketika itu, Agung duduk di kelas 2 dan meminta izin kepada Umuh untuk mentraktir teman-temannya makan di sebuah mal di Jalan Merdeka, Kota Bandung. "Boleh lah, kata saya memberikan izin," kata Umuh.
Saat waktu makan tiba, Umuh memerhatikan seorang anak di dalam kumpulan teman-teman Agung yang penampilannya begitu kumal. Sandal sudah tipis dan baju kaos yang compang-camping.
Umuh bertanya kepada Agung tentang siapakah anak itu, tetapi Agung tak bisa utuh menjawab. Dia hanya mengatakan bahwa anak tersebut sering melihatnya jika sedang bermain sofbol.
Jika waktu sofbol selesai, anak tersebut sering sekali terpergok membersihkan sepatu dan alat-alat sofbol lainnya, sehingga Agung dan teman-temannya mempercayakan semua alat-alat olah raga itu kepada anak compang-camping tersebut.
"Sudah tiga bulan Pak dia sama kami, Agung juga sering meberinya uang," kata Umuh menirukan perkataan Agung saat itu. Umuh terenyuh dengan sikap Agung yang demikian itu.
Sikap membela orang susah yang dimiliki Agung tak berhenti di situ. Umuh berkisah tentang baju Agung yang semuanya diberikan kepada teman-temannya.
Sebelum Bulan Puasa, ketika Agung meninggal dunia, Agung bermain karambol bersama teman-temannya. Ketika ibunya datang ke rumah dan melihat baju-baju Agung dipakai oleh teman-temannya, ibunya bertanya-tanya, mengapa Agung melakukan itu.
"Agung menjawab, ya sudah, nanti ibu saja yang membagikannya. Mereka itu, kata Agung, adalah anak-anak tukang becak, anak tukang servis payung, kasihan anak-anak itu, Bu," kata Umuh menirukan Agung.
Ada juga kejadian, teman Agung diberi uang sehari Rp 2.000. Ketika ditanya apa alasannya, Agung menjawab kepada Umuh bahwa temannya bernama A itu adalah seorang yatim.
"Agung meninggal dan saya murung. Bukan saya saja, semua teman-temannya bahkan menangis, tahlilan di Jalan Supratman, sampai tujuh hari jalan itu diblokir," kata Umuh.
Kini, doa untuk Agung terus digelar setiap hari kesepuluh di bulan Ramadan. Banyak orang yang masih tetap datang, masih tetap mengenang kebaikan Agung.
Umuh berkisah tentang penjual teh manis botolan yang tiba-tiba menangis di hadapannya. Penjual teh itu mengatakan bahwa dia tidak menemukan lagi anak muda sebaik Agung, yang ketika dia mesti pulang ke Garut karena istrinya sakit, dia dipermudah oleh Agung.
"Agung itu kepada penjual teh botol ngasih pinjam motor untuk pulang. Banyak lah kisah tentang Agung yang menempel di hati saya," kata Umuh. (Tribun Jabar/Kiki Andriana)
.
BOBOTOH Menggila Tiket Batch 1 Sold Out, yang Tak Kebagian Masih Ada Sesi 2, Ini Cara Belinya |
![]() |
---|
Daftar Harga Tiket Persib Bandung Season Pass, Lebih Hemat 25 Persen dari Reguler, Sempat Sold Out |
![]() |
---|
Arti Bobotoh untuk Gelandang Persib Wiliam Marcilio, Berharap Dukungan Penuh Lawan Semen Padang |
![]() |
---|
Bobotoh Penguasa Stadion GBLA Sepenuhnya Saat Persib Bandung Jamu Semen Padang |
![]() |
---|
Antusiasnya Bintang Baru Persib Bandung Jelang Hadapi Semen Padang, Siap Berikan yang Terbaik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.